"Jika umurmu tak sepanjang umur dunia, maka sambunglah dengan pena.."(Pramoedya Ananta Toer)
Jumat, 21 Januari 2011
Menanti Ajal
Akhir-akhir ini tempat tinggalku semakin ramai. Mungkin karena cuaca yang tidak menentu. Kadang panas menyengat, kadang hujan deras dan angin. Tak heran di sampingku menjadi tempat favorit banyak orang. Mulai pengendara motor, gerombolan anak-anak sekolah, pemulung bahkan pengemis. Saat panas di sini terasa sejuk, dengan angin segar melambaikan daun-daunku. Siapapun yang singgah di bale-bale bambu di bawahku, mereka akan segera terserang kantuk. Begitupun kala hujan, rimbunnya daun-daunku mengurangi derasnya tetesan air.
Sebenarnya aku tidak sendiri. Di sampingku ada saudara-saudaraku, juga di seberang jalan. Aku senang karena kehadiran kami menambah sejuk dan asri lorong jalan ini. Aku sendiri lupa sudah sejak kapan aku tinggal di sini. Seingatku dulu di sini masih sangat sepi. Mobil masih sangat sedikit, juga motor. Malah lebih banyak pejalan kaki. Mereka adalah petani dan pedagang yang hendak menjual hasil panen ke pasar. Sambil melepas penat mereka beristirahat di dekatku. Menikmati bekal sambil berbincang satu sama lain. Sekarang tempat ini sudah sangat ramai. Mobil lalu lalang semakin banyak menimbulkan kemacetan, motor tak terbilang jumlahnya. Pun penjual makanan berjejer di pinggir jalan.
Senin, 17 Januari 2011
How Embarrassing!
Aku berlari-lari kecil melemaskan kaki. Juga peregangan tangan, kaki dan tubuh. Selalu kuingat pesan pelatihku dulu untuk melakukan pemanasan. Setelah lima menit berlalu aku tak sabar ingin menceburkan diri ke kolam. Sudah lama aku tak berenang. Cuaca masih menyisakan mendung, meski hujan telah berhenti. Namun tak menyurutkan keinginanku merasakan segarnya kolam outdoor ini. Aku sengaja memilih sisi kolam kiri karena jauh di sebelah kanan banyak bule berjemur. Aku merasa tak leluasa berenang bersama mereka.
Beberapa putaran cukup membuatku ngos-ngosan karena dingin dan lelah. Baru sepuluh menit. Tiba-tiba datang beberapa anak bergabung. Ah, lumayan ramai. Namun aku merasa seperti ada yang aneh dengan baju renangku. Kuraba bagian paha kiri, ternyata robek sedikit. Ah, cuek saja. Toh tidak ada yang melihat. Kulanjutkan berenang sambil sesekali meraba ‘robekan’ tadi. Masih aman. Niatku lima menit lagi sudah cukup, aku tak tahan dinginnya. Tiba-tiba ada yang berkibar di bagian bawah tubuhku. Oh no.. baju renangku benar2 robek. Bagaimana ini, kalau ketahuan anak2 di dekatku. Dengan tangan aku berusaha menutupkan robekannya. Kucoba intip ke dalam air. Haah.. ternyata yang robek dari perut sampai lutut. Diam2 aku memarahi baju ini, mengapa tidak awet sih? Dan kenapa harus di sini, saat berenang.
Aku harus menyelesaikannya.. Tanpa sepengetahuan anak2 tadi aku melarikan diri sambil menutup bagian robek meraih handuk di kursi. Kubalut tubuhku dengan handuk, setengah berlari menuju tempat bilas. Alhamdulillah, tapi anak2 itu melihatku dengan heran.. Biarlah. Aku segera berganti pakaian, dan baju renangku kubuang di tempat sampah karena robeknya ‘keterlaluan’. Selamat tinggal baju renangku.
The Dharmawangsa, Jakarta Januari 2011 (semoga tidak terjadi lagi ya Nak!)
Beberapa putaran cukup membuatku ngos-ngosan karena dingin dan lelah. Baru sepuluh menit. Tiba-tiba datang beberapa anak bergabung. Ah, lumayan ramai. Namun aku merasa seperti ada yang aneh dengan baju renangku. Kuraba bagian paha kiri, ternyata robek sedikit. Ah, cuek saja. Toh tidak ada yang melihat. Kulanjutkan berenang sambil sesekali meraba ‘robekan’ tadi. Masih aman. Niatku lima menit lagi sudah cukup, aku tak tahan dinginnya. Tiba-tiba ada yang berkibar di bagian bawah tubuhku. Oh no.. baju renangku benar2 robek. Bagaimana ini, kalau ketahuan anak2 di dekatku. Dengan tangan aku berusaha menutupkan robekannya. Kucoba intip ke dalam air. Haah.. ternyata yang robek dari perut sampai lutut. Diam2 aku memarahi baju ini, mengapa tidak awet sih? Dan kenapa harus di sini, saat berenang.
Aku harus menyelesaikannya.. Tanpa sepengetahuan anak2 tadi aku melarikan diri sambil menutup bagian robek meraih handuk di kursi. Kubalut tubuhku dengan handuk, setengah berlari menuju tempat bilas. Alhamdulillah, tapi anak2 itu melihatku dengan heran.. Biarlah. Aku segera berganti pakaian, dan baju renangku kubuang di tempat sampah karena robeknya ‘keterlaluan’. Selamat tinggal baju renangku.
The Dharmawangsa, Jakarta Januari 2011 (semoga tidak terjadi lagi ya Nak!)
Minggu, 16 Januari 2011
Early World of Learning

Rating: | ★★★★★ |
Category: | Books |
Genre: | Childrens Books |
Author: | World Book, Inc |
Perkenalan mereka berawal di ladang gandum pak tani. Selanjutnya mereka terbang dan berpetualang ke berbagai tempat. Di tiap tempat yang disinggahi mereka belajar berbagai hal sederhana dan tertuang menjadi beberapa tema diantaranya:
Learn About Colours, Learn About Numbers, Learn About Size, Learn About Shapes, Learn About Sounds, Learn About Places, Learn About Taste and Smell, Learn About Moving Around, Learn About Texture, Learn About Opposites dan Learn About Time.
Kesemuanya ditampilkan dengan gambar dan ilustrasi yang sangat menarik juga dengan bahasa yang sederhana untuk anak2 terutama batita. Sehingga tanpa sadar anak2 seolah mempelajari sesuatu padahal mereka hanya mengikuti jalan cerita.
Satu set buku ini kami peroleh saat mas Ahnaf masih satu tahun (2002). Waktu itu memang belum marak penjualan buku2 jenis ensiklopedi seperti sekarang. Sangat bermanfaat mengasah imajinasi dan komunikasi karena saat dibacakan akan terjadi pembelajaran kosakata baru. Bahkan sampai sekarang adik2nya Idris dan Ilyas juga menyukai. Cover dan kertas yang tebal membuatnya relatif awet.
Saya sangat menganjurkan untuk dibacakan terutama bagi bayi/batita. Entah sekarang buku ini masih dijual atau tidak, sangat sayang kalau sudah punah. Two thumbs!
Rabu, 12 Januari 2011
Adakah Saran Untuk Perpustakaan Kami?

Sebelum resmi dibuka memang sudah banyak peminjam dari kalangan teman2 dekat, saudara dan tetangga. Ternyata sekarang peminatnya mulai bertambah terutama ibu2, anak2 dan remaja bahkan teman yang berada di luar kota. Kadang2 anak2 pemulung yang kehujanan dan mampir berteduh juga ikut membaca2 di perpustakaan kami.
Minggu, 09 Januari 2011
Anjing Pelacak
Dari kejauhan kulihat anjing itu sudah cukup besar, membuatku ngeri. Warnanya hitam, kulitnya mulus, tanpa bulu, tapi mukanya sangar. Hewan yang kutakuti. Kemarin aku dapat melewati gerbang dengan aman tanpa endusan anjing pelacak. Memang kemarin yang bertugas warnanya coklat dan tidak sebesar si hitam ini. Mudah2an kali ini aku berhasil lagi. Maklum gedung yang akan kumasuki adalah tempat tinggal para pembesar dan duta besar dari luar negeri. Wajar kalau penjagaannya superketat dan aku harus melewati dua kali pemeriksaan keamanan.
Sabtu, 08 Januari 2011
'Hanya Untuk Orang Miskin' (bagian terakhir trilogi 'Orang Miskin')

Kamis, 06 Januari 2011
'Orang Miskin Dilarang Sakit' (bagian kedua dari trilogi 'Orang Miskin')

Beberapa di antaranya kisah pasangan Krispinaldi dan Roida Panjaitan dari Medan, yang harus kehilangan kedua anak mereka Daniel dan Rebbeca karena deman berdarah. Keduanya dirawat di sebuah rumah sakit setempat, namun setelah beberapa hari Daniel meninggal. Meski masih selamat namun Rebecca yang selama 19 hari tidak mendapat kemajuan akhirnya dibawa ke rumah sakit lain. Ternyata rumah sakit ini mensyaratkan pasien harus membayar sejumlah uang untuk mendapat pertolongan medis. Pada saat biaya itu sedang diusahakan, nyawa Rebecca tidak tertolong lagi.
Senin, 03 Januari 2011
'Orang Miskin Dilarang Sekolah'

Langganan:
Postingan (Atom)