Kamis, 26 Desember 2013

Antri



Sekitar dua bulan lalu saya belanja di toko swalayan dekat rumah. Karena belanjaan saya nggak banyak, saya memilih kasir yang melayani kassa keranjang. Waktu itu masih agak pagi, sekitar setengah sepuluh. Di depan saya seorang ibu juga sedang mengantri. Ketika ibu itu bersiap menghitung belanjaannya di kasir, datanglah tiga anak perempuan, masih SD. Terlihat dari badge di lengan kanannya, rupanya SD Negeri terdekat. Karena badannya agak gede, saya taksir kalo nggak kelas 5 ya kelas 6.

Mereka ‘hanya’ membeli satu minuman dan satu makanan ringan. Salah seorang dari mereka, (yang badannya paling bongsor) memaksa teman-temannya untuk minta ibu di depan saya, transaksi duluan. “Cuma dikit ini, lagi buru-buru,” katanya. Si Ibu mengalah, mungkin kasihan. Saya pun berpikir kasihan kalau sampai terlambat masuk kelas atau apa. Meski dalam hati kesal, kenapa anak sekolah kok jajannya keluyuran sampai ke sini.

Jumat, 06 Desember 2013

CICILAN



Suci baru saja membereskan mainan anak-anak ketika mendengar deru motor Hari, suaminya. Dilihatnya jam di dinding, hampir setengah sebelas. Jadwal kerja suaminya sebagai pekerja shift baru selesai setengah jam yang lalu. Kedua anaknya sudah tidur. Perlahan dia membuka gorden, mengintip keluar. Ternyata memang suaminya, masih memakai helm. Dibukanya pintu, “Tumben cepet, Mas. Nggak macet?” sapanya sambil mencium tangan suaminya.
“Iya, jalanan juga sepi. Mungkin habis hujan, orang-orang pada males keluar.”
“Oh..” Suci menutup pintu pagar lalu menguncinya.
“Anak-anak sudah tidur?”
“Sudah, dari jam setengah sepuluh tadi. Lumayan habis itu bisa beres-beres dulu.” Keduanya masuk dan Suci menyiapkan teh hangat. “Lauknya mau diangetin nggak?”
“Nggak usah, nasinya kan udah anget.” Setelah mencuci tangan Hari menghampiri teh lalu menyeruputnya. Belum habis minum, mata Hari tertuju pada bungkusan plastik di bawah meja TV.

Kamis, 31 Oktober 2013

Segenggam Iman Anak Kita *(Ringkasan)



Bergizi. Itulah kesan pertama usai saya membaca buku ini. Hingga saya membuat beberapa 'garis bawah' pada beberapa bagian yang saya tangkap begitu dalam maknanya.  Betapa masih banyak kekurangan dari saya dalam mendampingi anak-anak. Betapa kehadiran, sentuhan dan kebersamaan dengan anak-anak yang kelak akan menghadirkan segenggam iman di rumah kita, masih harus selalu kami upayakan.
Ringkasan berikut saya buat, karena saya anggap begitu ingin saya memperbaiki banyak hal dalam kebersamaan yang begitu berharga untuk anak-anak. Semoga, sedikitpun saya dijauhkan dari  sifat buruk selain hanya mencari Ridha Allah Ta’ala.

Senin, 30 September 2013

Relaksasi Ringan Untuk Punggung dan Bahu



Beberapa gerakan berikut ini adalah latihan sederhana untuk mengurangi ketegangan otot bahu dan punggung. Sakit punggung dapat terjadi pada siapa saja. Penyebab yang umum adalah posisi tubuh (terutama punggung, bahu, pinggang) yang sama dan sering.

Lakukan dengan santai dan tidak terburu-buru. Tiap bernafas, tarik nafas dari hidung dan hembuskan perlahan dari mulut. Dapat dilakukan sambil berdiri atau duduk, bahu dan punggung dalam posisi tegak.

1.       Tundukkan kepala, tahan dan hitung sampai 10 detik.
2.        Kepala menoleh ke kanan, tahan dan hitung sampai 10 detik. Ganti kepala menoleh ke kiri, tahan lagi sampai 10 detik.

Bangunan Unik di Semarang



Konon, Semarang adalah tempat persinggahan. Namun tak hanya sebagai tempat singgah, tapi layak dikunjungi, terutama tempat-tempat yang menarik berikut ini. Sayang kalau dilewatkan..

1.       Vihara Buddhagaya Watugong
Pagoda Avalokiteswara yang terletak di kompleks vihara Buddhagaya Watugong di Semarang ini memiliki ketinggian 45 meter. Bangunan pagoda bertingkat tujuh ini hampir semua konstruksi bangunannya menggunakan material beton. Latar belakangnya didominasi warna merah dengan hiasan patung-patung di tiap tingkatnya.
Lokasinya mudah ditemukan, kalau kita dari Semarang menuju Solo/Yogya/Magelang (lewat jalan tol lama) bangunan pagoda ini terlihat jelas di sebelah kiri jalan menuju Ungaran.
Pagoda Avalokitesvara
di sini hawanya sejuk

Dewi Kwan Im

Wajik



Kalo anda penggemar wajik, maka wajik yang ini agak sedikit berbeda, lebih gurih. Wajik adalah makanan tradisional yang terbuat dari beras ketan, dimasak dengan gula merah dan kelapa. Biasanya berbentuk kotak atau belah ketupat.

Tapi wajik yang ini, resep asli Ibu saya, gurih karena ada tambahan kelapa parutnya. Kalau berniat membuat, saya contekkan resepnya..

Bahan:
500 gram beras ketan, cuci, rendam semalamam.
½ butir kelapa parut
1/2 kelapa parut, dibuat menjadi 400 ml santan
200 gram gula merah, iris
1 sdt garam
2 lembar daun pandan

Jumat, 20 September 2013

Makan Untuk Hidup, Bukan Hidup Untuk Makan



Saya bukan penggemar bakso. Namun dulu ketika kelas tiga SMA, saya punya langganan bakso. Bakso ini, konon katanya masih kalah dahsyat dari pada bakso terenak di kota kami. Tapi tentu saya punya alasan tersendiri untuk selalu menunggu bakso kesayangan ini.

Masa kelas tiga SMA itu rasanya campur aduk bagi saya. Masa-masa menghadapi ujian, masa serius, masa yang dipenuhi penasaran akan dibawa kemana langkah kaki saya nanti. Luluskah saya? Berapa kira-kira NEMnya? Diterimakah saya di PT Negeri? Bisakah saya mendapat beasiswa? Dsb pokoknya campur aduk. Dampak dari perasaan tak menentu itu salah satunya membuat nafsu makan saya menurun. Sarapan tak selera, makan siang pun hanya sebatas menggugurkan kewajiban, apalagi makan malam. Akhirnya demi Ibu, saya selalu memakan telur yang selalu beliau rebuskan tiap pagi. Malamnya, jika tak mau makan, saya dibolehkan menunggu si tukang bakso. Pak Min namanya.

Pak Min ini, datangnya memang pas sekali. Ketika saya sudah bosan menghadapi soal-soal latihan, PR dan semacamnya. Angin malam yang dingin dari sawah di belakang rumah, ditambah suasana perumahan yang sepi, ditambah mata yang sudah penat. “Tik tok tik tok..” Ini dia yang membuat nafsu makan saya bangkit lagi. Beberapa potong tahu dan bakso dalam mangkok yang kecil itu harganya hanya Rp 200 saja, telah membuat semangat hidup saya kembali menggelora..

Rabu, 31 Juli 2013

Membaca Sambil Bermimpi



Bagi para orang tua yang memiliki anak kecil, menahan kantuk adalah hal yang lumrah dan biasa. Apalagi jika si anak tak kunjung tidur, sedang mata para orang tua tak bisa diajak kompromi. Beraat rasanya. Pinginnya sih, saat itu juga anak-anak juga ngantuk dan dengan manisnya minta tidur. Nggak usah baca buku, pokoknya langsung tidur aja. Enak kan..

Selama Ramadhan ini, terutama malam hari selepas isya dan tarawih, frekuensi ngantuk saya bertambah,  bahkan lebih parah. Memang rutinitas selama puasa ini sedikit berubah. Makin banyak yang harus dilakukan, apalagi pas ada mas Ahnaf di rumah. Sebenernya di siang hari saya punya kesempatan tidur, meski tak lama. Rasanya pun lumayan segar. Tapi beranjak malam, apalagi setelah buka puasa, perut telah terisi, cuaca sering hujan dan dingin. Suasananya sangat membelai mata untuk segera terpejam. Apalagi saya tak ingin tidur larut, supaya bangun lebih awal. 

Idris dan Ilyas punya kebiasaan membaca buku sebelum tidur. Di hari-hari biasa rasa kantuk jarang menyerang. Masih bisa dikendalikan. Namun selama puasa ini, amboii. Malam hari rasanya saya sudah tak kuat. Sehabis gosok gigi mereka biasanya menenteng buku-buku yang mau dibaca. Melihatnya saja sudah membuat mata saya makin ngantuk. Kalau mereka sudah minta dibacakan beberapa buku, saya berusaha menawarnya.

Selasa, 30 Juli 2013

Klappertaart



Komentar yang pasti untuk klaapertart ini, enaaak pake banget.. bahkan mas Ahnaf yang biasanya nggak suka klaapertart pun jadinya suka banget. Apalagi karena bikin sendiri, daging kelapanya saya banyakin, juga kacang almond dan kismisnya.. Juga air kelapanya saya masukin ke adonan. Hmm… Memang enaak, pake banget. Tiap kali menyendok, rasanya pingin awet di lidah, nggak pingin ditelan, haha.. Yuk bikin sendiri

Apple Pie



Selama liburan ini, sudah dua kali mas Ahnaf minta dibuatkan pai apel. Saking senengnya sampai pai pertama hampir dihabiskannya sendiri. Kulit pai yang renyah, dipadu dengan potongan apel yang lembut namun segar & manis, katanya ueenak banget. Dan karena dia lebih suka isian pai yang potongan apelnya nggak terlalu banyak, maka adonan apelnya saya bikin lebih kental, menyerupai selai gitu..
Mau bikin sendiri, silakan diintip resepnya.. Boleh dimodifikasi sesuai selera..

Soto Madura



Inilah soto pertama yang rasanya disukai Idris dan Ilyas. Saya sendiri penggemar soto Madura. Beberapa bulan lalu ketika pulang ke Probolinggo, Saya, Idris Ilyas, Kung dan Utinya, sengaja mampir ke warung soto Madura yang ada di depan bekas bioskop garuda.

soto madura depan garuda Probolinggo
Saya tak menyangka Idris Ilyas mau memakan semua sotonya kecuali nasinya yang tinggal separo saja. Biasanya mereka nggak doyan soto. Memang rasanya mantep, mak nyuus. Meski soto Madura yang mak nyus di Probolinggo ada beberapa, tapi yang di garuda ini sudah cukup mewakili.
Selanjutnya, Idris sering nagih soto. Mungkin gara-gara soto Madura ini. Di Serang ini, saya ‘nemu’ soto Madura yang rasanya “Madura”. Saya sebut begitu karena banyak soto judulnya Madura, tapi rasanya soto-sotoan, hehe.. Nah, soto yang Madura ini tepatnya di jalan Ternaya, jalan pintas searah, di belakang penjara. Warungnya Cak Amir dari Sumenep. Pantesan, lha yang punya orang Madura. Tak iyee.. Selama Ramadhan, cak Amir nggak jualan, pulkam ke Madura, tak iyye.. Jadinya saya tak boleh malas untuk  membuat sendiri soto Madura. Gampang kok, yang membuat soto Madura terasa khas adalah taburan bubuk koyahnya, tak iyye..

Bolu Kukus Kurma Madu



Bolu ini cocok buat buka puasa. Tambahan kurma dan madunya mengembalikan energy dengan cepat setelah berpuasa. Resep ini saya modifikasi dari resep bolu original terdahulu dari mbak Anne Susilawati.
Yuuk, kita coba.. Gampang banget bikinnya.

Senin, 29 Juli 2013

Perbuatan Baik



Lagi-lagi saya teringat pertolongan Allah melalui orang lain, yang sampai kini membekas dalam ingatan saya. Seingat saya waktu itu Ahnaf masih TK. Kami akan membawanya ke RS Krakatau Medika di Cilegon. Kami naik angkot yang ternyata sudah penuh. Di dalam angkot, ada beberapa orang laki-laki dewasa yang duduknya berpencar. Ada pula kira-kira empat orang mahasiswi UPI Serang yang baru pulang kuliah. Kami bertiga tak menaruh curiga apa-apa. Suami memangku Ahnaf yang sedang sakit, di depan saya. Saya sendiri memangku tas dengan ukuran agak besar karena menyimpan beberapa baju, dompet, sedikit makanan, minuman juga HP.

Selama dalam perjalanan yang menempuh sekitar setengah jam itu, supir memang sering seperti mengerem mendadak, sering sekali yang saya sadari kemudian. Dalam perjalanan, seorang teman sempat menelepon saya, meski tidak lama. HP pun saya simpan kembali dalam tas. Seorang pria terlihat mau muntah sambil mencoba membuka jendela angkot. Tapi rupanya tak jadi muntah. Reflek, suami saya menawari minyak kayu putih. Dia menolak. Ketika sampai lampu merah Matahari, dua mahasiswi turun, yang dua masih di dalam angkot. Sambil masih mengerem berulang-ulang, akhirnya sampailah angkot tadi di tujuan kami, simpang Cilegon. Kami bertiga turun, disusul dua mahasiswi tadi. Sambil turun mereka berdua setengah terjengkang karena didorong dengan kasar oleh laki-laki yang masih di dalam angkot. Saya heran.

Kejujuran



Bertahun-tahun yang lalu, saya lupa kapan tepatnya, suami kehilangan HP. Itulah HP pertama yang kami miliki berdua. Zaman itu HP dengan tombol model 3x4, layar hitam putih dan ukurannya tebal, adalah barang mewah. Makanya ketika HP itu raib, kami kelabakan. Suami saya tersadar ketika baru sampai rumah dan HP itu tak ada di kantong. “Coba diingat-ingat, kira-kira jatuh di mana? Atau dicopet barangkali,” kata saya. Setelah coba mengingat sebisanya, dia yakin sepertinya jatuh di dalam angkot. 

Suami mencoba menghubungi HP ‘kami’ dengan telepon rumah, berharap HP itu jatuh ke tangan orang jujur, baik hati dan tidak sombong, he he.. 

Rabu, 12 Juni 2013

Uniknya Nama Jalan di Kota Serang



Kira-kira 16 tahun lalu sejak saya merantau di Banten, tepatnya di Serang – Cilegon. Yang saya tuju pertama kali adalah Cilegon. Bersama teman-teman senasib sepenanggungan, dimana kami ditempatkan bekerja, menjalani ikatan dinas. Beberapa tahun kemudian.. Tepatnya tahun 1999, barulah saya pindah ke Serang, hingga kini. Dalam kurun waktu itu, banyak sekali perubahan yang saya rasakan di kota ini. Lingkungannya, pembangunan, orang-orangnya, lalu lintasnya, dsb.

Ngomongin lalu lintas. Ada hal menarik tentang lalu lintas di kota Serang. Saya mengenal seluk beluk jalanan di kota ini karena sering ‘tersesat’ naik angkot. Kok bisa? Iya, karena jurusan angkot di Serang yang unik, kalau wong Jowo bilang, on demand. Sesuai permintaan penumpang. Jadi kalau kita mau ke Kebonjahe misalnya, kita tunggu angkot apa saja. Nanti angkotnya akan berhenti depan kita, “Kemana?” Kata supirnya. Kalau kita bilang Kebonjahe, ya kita disuruh naik. Padahal penumpang yang sudah ada di dalam angkot jurusannya macem-macem. Yang pasti, demi mengantar penumpang sesuai tujuan masing-masing, jalur yang dilewati banyak. Saya pikir, dulu saya yang salah jalan alias tersesat. Ternyata memang supirnya seneng menyesatkan diri.

Kata Mereka Tentang 'Pena Bunda'



Ketika saya menyusun buku ini, saya berharap sangat akan manfaatnya bagi pembaca dan orang-orang di sekitar mereka. Sederhana saja. Dan tema tulisan saya juga sederhana, tentang kehidupan sehari-hari ibu rumah tangga bersama keluarga. Banyak hal sederhana yang terjadi, kadang terlupakan begitu saja, bahkan mungkin tak berkesan bagi orang lain. Namun bagi saya, ini salah satu pelajaran hidup. Saya sangat bersyukur dikaruniai kesempatan untuk tinggal di rumah mengurus keluarga. Maka bersama keluarga saya menangkap banyak ilmu hidup. 

Beberapa tulisan yang pernah saya posting di facebook, (waktu itu) di multiply kemudian ke blogspot, saya susun kembali. Tak lain supaya lebih enak dibaca. Dulu, di awal 2012 sempat saya fotokopi dan dibagikan ke teman-teman yang berminat. Alhamdulillah, kini ‘fotokopian’ itu sudah lebih bagus kemasannya, memudahkan untuk dibaca.


Banyak komentar dan masukan dari teman-teman yang telah membaca buku ini, saya bersyukur. Dengan segala kerendahan hati, semoga makin banyak yang dapat memetik manfaat dan kebaikan darinya. 

Senin, 27 Mei 2013

Kerajinan Tanah Liat



Ada yang menjadi kebiasaan kami ketika suami sedang training atau workshop di luar kota. Yang pasti, ikuuut. Ya, begitulah, kami akan menyambut dengan suka cita kalau ada berita gembira ini. Asik kata anaknya, asik pula kata emaknya. Norak ya.. Maklumlah, dalam sebulan kami hanya berkumpul 2 minggu saja. Atau dalam hitungan setahun, ketemunya cuma 6 bulan. Maka, harap maklumi kenorakan kami ini.

Norak boleh sama, namun selera boleh berbeda. Tiap acara training/meeting itu, para anak istri juga punya agenda sendiri. Ada yang seneng shopping, jalan-jalan, main, atau kalau nggak punya acara, ya nggak kemana-mana, menikmati hotel sepanjang hari.

Selasa, 21 Mei 2013

Kisah Doa Ibu



Dua kisah berikut saya ceritakan kembali dari kisah nyata, tentang ibu dan anak perempuan.

Pertama, tentang kisah kegundahan hati seorang ibu, yang dalam beberapa tahun terakhir merasa ‘kehilangan’ anak perempuannya. Dulu, rasa-rasanya anaknya ini tak seperti sekarang, berubah. Entah apa penyebabnya, tiap kali si ibu mengunjungi anaknya yang tinggal di kota, ia merasa diacuhkan, tak dipedulikan lagi. Rasa rindu yang dipendam untuk bertemu dengan anak dan cucu seperti berbuah luka. Perlakuan anaknya ini seperti tak menghargai ibunya lagi. “Udah sih Bu, ngapain jauh-jauh datang, kan capek, mendingan ibu di rumah saja,” begitu katanya. Pikir si ibu, enak sekali anaknya ini berkata. Jauh-jauh perjalanan di tempuh namun balasannya seperti ini. Begitu pula ketika ada tamu datang, si ibu tak boleh menampakkan diri di depan tamu yang adalah teman-teman anaknya. MasyaAllah, mengapa harus malu untuk mengakui ibunya sendiri. Sedih sangat hati si ibu. Tak pernah disangka anaknya akan tega memperlakukannya seperti itu. Tidakkah dia menyadari bahwa kesuksesannya sekarang adalah berkat doa-doa yang dilantunkan sang ibu. Tidakkah dia menyadari kalau dia bisa tumbuh seperti sekarang adalah berkat pengorbanan ibu?

Astaghfirullaah… Si ibu hanya bisa mendoakan kebaikan bagi anaknya, semoga anak perempuan yang dicintainya akan sadar kembali akan kekhilafannya..

Memilih Jalan 'Overload'



Bocah lelaki itu duduk termenung di bangku bambu depan rumahnya, sendirian. Entah apa yang dipikirkan. Beberapa hari ini dia sedang menjalani ujian akhir sekolah dasar. Lusa, setelah ujian berakhir, dia akan diantar ayah ibunya ke luar kota. Mengikuti kelas persiapan dan penyesuaian belajar di pondok. Sekali lagi, entah apa yang dipikirkan bocah itu.

Saya, yang bukan ibunya, merasa terenyuh sekaligus haru melihatnya. Beberapa hari lagi, dia akan meninggalkan kehidupannya saat ini, untuk beberapa tahun ke depan. Saya membayangkan bagaimana perasaan ibunya saat ini. Pasti tak tega, pasti. Namun kepastian itu ditambah lagi dengan tekad yang bulat. Saat ini pun, ribuan anak seantero negeri juga sedang mengalami hal ini. Siap-siap berpisah dengan orang tua mereka. Menjalani kehidupan baru, yang buat sebagian orang begitu berat dan serba tidak enak. Namun meski serba berat dan tidak enak, toh yang ingin belajar di pondok ini tiap tahun semakin banyak. Tak heran, apabila seorang alumni pondok menyebut suasana pondok sekarang sudah seperti pasar, riuh, di sana sini santri. Itu akibat jumlah santri yang kini menurutnya overload, kelebihan kapasitas. Jumlah santri yang diterima tiap tahun semakin bertambah. Dan setahu saya, yang diterima bukan yang pintar, tapi yang mau pintar. Artinya yang benar-benar ingin menimba ilmu. Jika kemudian makin hari jumlah santri makin banyak, berarti yang ingin belajar pun semakin banyak. Maka jumlah overload sudah menjadi amanah tersendiri, baik bagi Kiai, ustadz dan santri.

Mainan dan Mengaji



Kira-kira beberapa pekan yang lalu, saya, Idris dan Ilyas pergi ke toko buku di sebuah mall. Usai itu, kami berniat membeli makanan sebentar. Namanya mall, untuk menuruni tangga ekskalator kami harus berputar dulu. Dan di sepanjang jalanan, toko mainan bertebaran. Dari yang kecil sampai yang besar. Dulu biasanya saya mencari jalanan yang terbebas dari pemandangan toko-toko mainan. Bukan apa, karena anak-anak selalu meminta untuk mampir dan melihat-lihat mainan. Ujung-ujungnya tahu sendiri. Minta mainan! Betul.. Mereka tak merengek-rengek sebenarnya. Tapi kami tak bisa mengontrol sebenarnya yang sedang mereka inginkan itu yang mana? Prioritasnya sebenarnya yang seperti apa? Dan kapan mainan itu harus dipenuhi. Kalau hanya dijanjikan nanti-nanti, saya khawatir mereka mengira Bapak Ibunya hanya pandai berjanji, tanpa ditepati.

Candi Jabung



Entah kenapa setelah 25 tahun lebih, saya akhirnya kembali lagi ke tempat ini. Dalam ingatan saya yang ketika itu masih bocah, tempat ini biasa saja. Seperti halnya tempat-tempat wisata pada umumnya. Datang, main-main, makan. Itu saja. Namun kini berbeda. Sebuah candi, yang merupakan peninggalan sejarah masa lampau, tentu menyimpan cerita tersendiri. Bagi saya tak hanya itu. Karena sekaligus mengingatkan pada masa kecil saya, masa lalu saya, sejarah saya.

Ketika mencari jalan masuk menuju kawasan candi, kami sempat kebingungan. Bukan saja papan penunjuk arah yang tak terbaca karena kecil, namun di kiri kanan jalan telah muncul beberapa rumah. Jalanan yang dulu terlihat lapang, kini terasa sempit. Padahal sebenarnya sama saja, bahkan kini jalannya lebih halus karena telah diaspal.

Senin, 20 Mei 2013

Warung Makan 'Den Bei'



Beberapa tahun terakhir, saat menengok orangtua di Jawa Timur, kami sekeluarga selalu menyempatkan mampir di warung makan ‘Den Bei’. Letaknya di tengah perjalanan, tepatnya di jalan raya Kembang Ringgit, Mojosari, Mojokerto. Karena terbiasa perjalanan dengan anak-anak, kami lebih menyukai perjalanan siang. Suasananya lebih ceria, badan lebih segar dan fit. Saat makan siang tiba, kami biasanya melewati daerah Mojosari. Berawal dari ketidaksengajaan, kami menemukan warung ‘nyempil’ di tengah sawah, kelihatan unik dengan gapura model Majapahit.

Jumat, 05 April 2013

Membuat Rumah dan Buku

Lanjut lagi, tentang tweenies. Memang tepatnya mereka lebih mudah bereksplorasi jika diberi ruang & waktu tersendiri. Kadang menurut saya minat mereka di bagian A, misalnya. Mereka malah memilih B. Contoh, beberapa waktu yang lalu, saya berniat mengajak mereka berkreasi dengan cangkang telur. Mulailah saya mengumpulkan cangkang, tiap habis goreng telur, cangkangnya saya cuci terus dikeringkan. Pas hari H, saya ajak mereka, "Yuk kita bikin-bikin dari cangkang telur.." Pertama mereka senang melukisi cangkang itu, lama kelamaan bosen, saya ajak menempel gambar dengan cangkang yang sudah dipecah kecil-kecil. Saya contohkan kreasi buatan saya. Tapii, sepertinya mereka nggak tertarik. Malah mereka senang main-mainin lemnya aja.. Ya udah lah nak.. Tak apa..

Membuat Mobil Polisi

Tanpa saya ketahui, beberapa yang waktu lalu, Ilyas dan Idris 'berkunjung' ke gudang. Mereka menemukan kardus bekas besar, entah bekas apa saya lupa. Diseretnya kardus itu berdua saja.
"Mau ngapain?" tanya saya.
"Buat dibikin-bikin Bu.." kata mereka.
Hmm alamat nih nggak jadi tidur siang, batin saya.
"Nggak dulu deh, sekarang kan waktunya bobok dulu, bikinnya nanti aja.." sahut saya.
"Yaa kan, nggak mau!" kata Idris.
"Trus bikinnya apa Bu?(maksudnya bikinnya kapan Bu).." Ilyas tak mau kalah
"Adik kan capek, dari tadi bikin-bikin terus. Nanti aja bikinnya habis bobok.." bujuk saya.
Dengan segala upaya akhirnya bujukan saya mengena. Dan mereka sukses tidur siang. Tapi pas bangun, tumben mereka lupa. Ya udah saya biarkan saja.

Rabu, 27 Maret 2013

Belajar Amanah



Kemarin siang, kami berempat belanja bulanan di supermarket. Saya, suami, Idris dan Ilyas, mumpung suami belum berangkat kerja. Usai memilih-milih barang, seperti biasa kami ke kasir untuk menghitung dan membayar total belanjaan. Sambil menunggu si mbak kasir menghitung dan mengemas barang, suami mau beli makanan dulu, si kembar ikut. Tinggallah saya berdua dengan mbak kasir. Setelah semua beres, ternyata suami belum selesai, tumben agak lama. Dari pada kelamaan saya pikir mau ambil barang belanjaan yang harus diambil di tempat informasi. Letaknya di ujung dan berseberangan arah kami keluar supermarket. Karena troli terasa berat, saya titipkan dulu pada si mbak. 

Jumat, 22 Maret 2013

Kado Ulang Tahun Untuk Putraku



Beberapa bulan yang lalu, putra pertama kami Ahnaf berulang tahun. Sebenarnya ulang tahun adalah hal biasa. Seperti ulang tahun-ulang tahun sebelumnya. Biasanya kami hanya makan bersama, masak bersama atau membuat kue bersama. Paling banter ya bagi-bagi tetangga. Yang utama bagi kami adalah berdoa bersama.  Kami tak pernah merayakan ulang tahun. Bukan apa-apa, karena tak biasa. Maka kepada anak-anak kami menularkan apa yang tak biasa ini..

Selasa, 05 Maret 2013

Mengapa Saya Membiarkan Idris & Ilyas Mogok Sekolah?




Dua bulan sudah Idris & Ilyas (5y4m) mangkir ke sekolah. Tepatnya sejak semester kedua dimulai. Bahkan Idris hanya masuk selama 3 hari dalam dua bulan ini. Kalau ditanya kenapa? Pokoknya nggak mau sekolah. Jawaban yang sungguh cerdas, menurut saya. Karena justru ketika kita menanyakan alasan itu berulang kali, akan makin menambah banyak alasan bagi mereka berdua.  Yang capek lah, yang takut lah, dan lainnya. Padahal, ketika mereka nggak mau, ya berarti memang nggak mau. Saya tak boleh meraba-raba jawabannya agar sesuai dengan perkiraan kita. Saya mencoba menghargai pilihan mereka.

Kamis, 28 Februari 2013

Anugrah Yang Mana Lagi Yang Hendak Kudustakan?



Satu kata yang pantas kuucap pagi ini adalah, Alhamdulillah. Saat kubuka mata dari tidur lelapku. Untuk yang pertama kalinya selama seminggu ini, aku terbangun dengan kepala yang tak lagi berdenyut. Untuk pertama kalinya juga kepala ini terasa ringan untuk bersimpuh, bersujud di hadapNya. Entahlah, jika saja tak pernah kurasa nikmat sakit, maka tak pernah pula kurasa nikmat sehat yang luar biasa dan kadang terlupa.

Jumat, 22 Februari 2013

Buku


Kami sekeluarga pecinta buku, atau tepatnya bacaan. Kami suka membaca. Dari kecil saya suka baca. Meski bukan berarti buku saya banyak. Buku bagi saya di masa kecil, adalah barang mewah yang sungguh berharga. Masa kecil saya, yang hidup di pelosok gunung, jauh dari kota, tentu jauh juga dari pusat informasi. Maka bacaan andalan saya adalah buku-buku di perpustakaan sekolah. Ada tabloid langganan dari kantor Bapak, yang dikirim sebulan sekali. Isinya seputar pekerjaan Bapak, kehutanan, reboisasi, persemaian bibit pohon dan lainnya. Tapi entah mengapa saya sangat menyukainya. Saking nggak ada bacaan kalee. 

Kamis, 21 Februari 2013

BATAGOR - Bakso Tahu Goreng



Ini salah satu makanan kesukaan saya. Dulu saya pikir bikinnya susah dan ribet. Ternyata gampang. Makanya kalo sekeluarga lagi pingin batagor, saya bikin sendiri aja.  Apalagi kalo bikin sendiri rasanya sesuai selera. Kalo mau, boleh dicontoh resepnya..

Rabu, 20 Februari 2013

Pekerjaan Ibu Rumah Tangga



Membaca itu, seperti halnya menulis, memasak, menjahit, mengurus rumah, juga menyetir. Bagi saya beda-beda tipis lah. Semuanya seputaran perasaan dan kebiasaan yang dilatih dengan kesabaran. Kalo memasak, saya hadapi sebagai kebutuhan akan makanan. Tapi saya sangat fleksibel, sepertinya ibu-ibu yang lain juga begitu. Ketika badan terasa segar, memasak sepagian juga seneng aja rasanya. 

Jumat, 08 Februari 2013

Doa Orang Tua - Anak



Udara segar menerpa wajahku ketika melewati jalan raya Mlarak-Siman. Kulirik jam di pergelangan tangan, jam 7 lebih sedikit. Langit masih tertutup mendung bekas hujan tadi malam. Aku masih duduk mematung di belakang Bapak yang sedang mengantarku. Motor berjalan pelan namun pasti, tujuan kami terminal Ponorogo. Sepanjang jalan sawah menghijau, gunung di kejauhan dan udara pagi bercampur sedikit kabut.


Masih terbayang jelas di pelupuk mataku, sosok bocah berkemeja lengan pendek abu-abu tua, celana hitam, bersepatu pantovel hitam mengkilat, dengan tangan kiri menenteng

Minggu, 13 Januari 2013

What happen to Idris? Help Me Pliiis..



Adakah teman yang mau sharing, siapa tau ada yang punya pengalaman sama dengan saya.. Saya begitu berharap ada yang mau berbagi cerita.(ciyuss?)


Jumat kemarin akhirnya Idris (5th) sekolah lagi, setelah dua hari mogok. Penyebabnya tidak terlalu jelas. Alasan hari Rabu pagi itu karena melihat seragam olah raga, tiba-tiba nggak mau sekolah. Selama sendiri di rumah –Ilyas ke sekolah seperti biasa, kegiatan Idris banyak menggambar. Banyak, karena kesepian. Hari Kamisnya keterusan, dia nggak mau sekolah lagi, alasannya mau di rumah aja. Kegiatan di rumah dia hanya gambar dan nonton kaset. Apa yang ditonton itu yang digambar.