Sekitar dua bulan lalu saya belanja di toko swalayan dekat
rumah. Karena belanjaan saya nggak banyak, saya memilih kasir yang melayani
kassa keranjang. Waktu itu masih agak pagi, sekitar setengah sepuluh. Di depan
saya seorang ibu juga sedang mengantri. Ketika ibu itu bersiap menghitung
belanjaannya di kasir, datanglah tiga anak perempuan, masih SD. Terlihat dari
badge di lengan kanannya, rupanya SD Negeri terdekat. Karena badannya agak
gede, saya taksir kalo nggak kelas 5 ya kelas 6.
Mereka ‘hanya’ membeli satu minuman dan satu makanan ringan. Salah seorang dari mereka, (yang badannya paling bongsor) memaksa teman-temannya untuk minta ibu di depan saya, transaksi duluan. “Cuma dikit ini, lagi buru-buru,” katanya. Si Ibu mengalah, mungkin kasihan. Saya pun berpikir kasihan kalau sampai terlambat masuk kelas atau apa. Meski dalam hati kesal, kenapa anak sekolah kok jajannya keluyuran sampai ke sini.
Mereka ‘hanya’ membeli satu minuman dan satu makanan ringan. Salah seorang dari mereka, (yang badannya paling bongsor) memaksa teman-temannya untuk minta ibu di depan saya, transaksi duluan. “Cuma dikit ini, lagi buru-buru,” katanya. Si Ibu mengalah, mungkin kasihan. Saya pun berpikir kasihan kalau sampai terlambat masuk kelas atau apa. Meski dalam hati kesal, kenapa anak sekolah kok jajannya keluyuran sampai ke sini.