Rabu, 31 Juli 2013

Membaca Sambil Bermimpi



Bagi para orang tua yang memiliki anak kecil, menahan kantuk adalah hal yang lumrah dan biasa. Apalagi jika si anak tak kunjung tidur, sedang mata para orang tua tak bisa diajak kompromi. Beraat rasanya. Pinginnya sih, saat itu juga anak-anak juga ngantuk dan dengan manisnya minta tidur. Nggak usah baca buku, pokoknya langsung tidur aja. Enak kan..

Selama Ramadhan ini, terutama malam hari selepas isya dan tarawih, frekuensi ngantuk saya bertambah,  bahkan lebih parah. Memang rutinitas selama puasa ini sedikit berubah. Makin banyak yang harus dilakukan, apalagi pas ada mas Ahnaf di rumah. Sebenernya di siang hari saya punya kesempatan tidur, meski tak lama. Rasanya pun lumayan segar. Tapi beranjak malam, apalagi setelah buka puasa, perut telah terisi, cuaca sering hujan dan dingin. Suasananya sangat membelai mata untuk segera terpejam. Apalagi saya tak ingin tidur larut, supaya bangun lebih awal. 

Idris dan Ilyas punya kebiasaan membaca buku sebelum tidur. Di hari-hari biasa rasa kantuk jarang menyerang. Masih bisa dikendalikan. Namun selama puasa ini, amboii. Malam hari rasanya saya sudah tak kuat. Sehabis gosok gigi mereka biasanya menenteng buku-buku yang mau dibaca. Melihatnya saja sudah membuat mata saya makin ngantuk. Kalau mereka sudah minta dibacakan beberapa buku, saya berusaha menawarnya.

Selasa, 30 Juli 2013

Klappertaart



Komentar yang pasti untuk klaapertart ini, enaaak pake banget.. bahkan mas Ahnaf yang biasanya nggak suka klaapertart pun jadinya suka banget. Apalagi karena bikin sendiri, daging kelapanya saya banyakin, juga kacang almond dan kismisnya.. Juga air kelapanya saya masukin ke adonan. Hmm… Memang enaak, pake banget. Tiap kali menyendok, rasanya pingin awet di lidah, nggak pingin ditelan, haha.. Yuk bikin sendiri

Apple Pie



Selama liburan ini, sudah dua kali mas Ahnaf minta dibuatkan pai apel. Saking senengnya sampai pai pertama hampir dihabiskannya sendiri. Kulit pai yang renyah, dipadu dengan potongan apel yang lembut namun segar & manis, katanya ueenak banget. Dan karena dia lebih suka isian pai yang potongan apelnya nggak terlalu banyak, maka adonan apelnya saya bikin lebih kental, menyerupai selai gitu..
Mau bikin sendiri, silakan diintip resepnya.. Boleh dimodifikasi sesuai selera..

Soto Madura



Inilah soto pertama yang rasanya disukai Idris dan Ilyas. Saya sendiri penggemar soto Madura. Beberapa bulan lalu ketika pulang ke Probolinggo, Saya, Idris Ilyas, Kung dan Utinya, sengaja mampir ke warung soto Madura yang ada di depan bekas bioskop garuda.

soto madura depan garuda Probolinggo
Saya tak menyangka Idris Ilyas mau memakan semua sotonya kecuali nasinya yang tinggal separo saja. Biasanya mereka nggak doyan soto. Memang rasanya mantep, mak nyuus. Meski soto Madura yang mak nyus di Probolinggo ada beberapa, tapi yang di garuda ini sudah cukup mewakili.
Selanjutnya, Idris sering nagih soto. Mungkin gara-gara soto Madura ini. Di Serang ini, saya ‘nemu’ soto Madura yang rasanya “Madura”. Saya sebut begitu karena banyak soto judulnya Madura, tapi rasanya soto-sotoan, hehe.. Nah, soto yang Madura ini tepatnya di jalan Ternaya, jalan pintas searah, di belakang penjara. Warungnya Cak Amir dari Sumenep. Pantesan, lha yang punya orang Madura. Tak iyee.. Selama Ramadhan, cak Amir nggak jualan, pulkam ke Madura, tak iyye.. Jadinya saya tak boleh malas untuk  membuat sendiri soto Madura. Gampang kok, yang membuat soto Madura terasa khas adalah taburan bubuk koyahnya, tak iyye..

Bolu Kukus Kurma Madu



Bolu ini cocok buat buka puasa. Tambahan kurma dan madunya mengembalikan energy dengan cepat setelah berpuasa. Resep ini saya modifikasi dari resep bolu original terdahulu dari mbak Anne Susilawati.
Yuuk, kita coba.. Gampang banget bikinnya.

Senin, 29 Juli 2013

Perbuatan Baik



Lagi-lagi saya teringat pertolongan Allah melalui orang lain, yang sampai kini membekas dalam ingatan saya. Seingat saya waktu itu Ahnaf masih TK. Kami akan membawanya ke RS Krakatau Medika di Cilegon. Kami naik angkot yang ternyata sudah penuh. Di dalam angkot, ada beberapa orang laki-laki dewasa yang duduknya berpencar. Ada pula kira-kira empat orang mahasiswi UPI Serang yang baru pulang kuliah. Kami bertiga tak menaruh curiga apa-apa. Suami memangku Ahnaf yang sedang sakit, di depan saya. Saya sendiri memangku tas dengan ukuran agak besar karena menyimpan beberapa baju, dompet, sedikit makanan, minuman juga HP.

Selama dalam perjalanan yang menempuh sekitar setengah jam itu, supir memang sering seperti mengerem mendadak, sering sekali yang saya sadari kemudian. Dalam perjalanan, seorang teman sempat menelepon saya, meski tidak lama. HP pun saya simpan kembali dalam tas. Seorang pria terlihat mau muntah sambil mencoba membuka jendela angkot. Tapi rupanya tak jadi muntah. Reflek, suami saya menawari minyak kayu putih. Dia menolak. Ketika sampai lampu merah Matahari, dua mahasiswi turun, yang dua masih di dalam angkot. Sambil masih mengerem berulang-ulang, akhirnya sampailah angkot tadi di tujuan kami, simpang Cilegon. Kami bertiga turun, disusul dua mahasiswi tadi. Sambil turun mereka berdua setengah terjengkang karena didorong dengan kasar oleh laki-laki yang masih di dalam angkot. Saya heran.

Kejujuran



Bertahun-tahun yang lalu, saya lupa kapan tepatnya, suami kehilangan HP. Itulah HP pertama yang kami miliki berdua. Zaman itu HP dengan tombol model 3x4, layar hitam putih dan ukurannya tebal, adalah barang mewah. Makanya ketika HP itu raib, kami kelabakan. Suami saya tersadar ketika baru sampai rumah dan HP itu tak ada di kantong. “Coba diingat-ingat, kira-kira jatuh di mana? Atau dicopet barangkali,” kata saya. Setelah coba mengingat sebisanya, dia yakin sepertinya jatuh di dalam angkot. 

Suami mencoba menghubungi HP ‘kami’ dengan telepon rumah, berharap HP itu jatuh ke tangan orang jujur, baik hati dan tidak sombong, he he..