Kampus telah sepi. Gladi resik juga sudah usai sejak tadi.
Hanya tinggal rekan-rekanku satu rombongan angkatan XV-Merak. Sedang yang
lainnya membubarkan diri menuju tempat masing-masing. Usai makan siang dan
sholat rencananya rombongan kami akan bertolak ke Serang dan Cilegon, di mana
lima tahun terakhir ini kami ditempatkan bekerja.
Mumpung masih ada waktu, aku dan Hastha, rekan perempuanku
satu-satunya hendak ke toilet dulu sebelum perjalanan jauh. Ternyata semua
toilet sudah dikunci. Kata salah seorang staf masih ada yang dibuka. “Di gedung
baru Mbak, paling ujung dekat ruang Direktur,” katanya. Halah, jauhnya.. Di
lantai dua lagi. Ya sudah, daripada kebelet di jalan.. Sambil cekikak cekikik
berdua kami meluncur ke toilet tujuan.
Sepi.. Dan dari tiga toilet hanya satu yang buka. “Hastha
duluan aja,” kataku. Kupikir aku masih bisa nahan. Hastha selesai, giliranku.
Aku masuk, menunaikan hajatku. Selesai, benah-benah, beres. Kubuka pintu,
terkunci. Deg!! Kok terkunci sih. Kubuka lebih keras, masih terkunci. Aneh,
biasanya kan toilet bisa dibuka dan dikunci dari dalam saja. Tadi waktu Hastha
masih bisa. Kupanggil Hastha. Tiada sahutan. Lho kemana Hastha ini, mosok aku ditinggal sendiri. Sedikit
panik kucoba lagi membuka pintu pelan-pelan, biasanya dengan sedikit perasaan
hal-hal seperti ini berhasil.
Aku mulai berkeringat. Kupanggil Hastha lagi, tidak terlalu keras,
soalnya kupikir dia masih di depan ruang Direktur. “Hastha, aku kekunci..”
Sepi, mana gelap lagi. Kenapa tadi lampunya tidak kunyalakan dulu ya.
Sepuluh menit berlalu, aku sedikit merinding, mencari akal. Mosok mau menggedor-gedor pintu. Hiih,
malu. Ya Allah, tolong. Waktu itu aku belum punya HP untuk menghubungi
seseorang, kuno ya. Kulihat jam di pergelangan tangan, limabelas menit lebih.
Dinding toilet ini sebenarnya tidak terbuat dari tembok
bata. Kuketuk-ketuk, kuat nggak ya kalo kupanjat. Tingginya sekitar dua meter
dan ada celah di atasnya. Maksudku ingin melewati celah itu. Tapi bagaimana
memanjatnya? Ada tangki kloset. Tapi itu berarti nanti harus memutari dinding
toilet sebelah. Biarlah, aku nekat. Tas punggung kulempar keluar dengan
perlahan supaya tidak menghambat. Kunaiki tangki kloset, kemudian dinding tipis
pemisah toilet. Beruntung hari itu aku memakai celana panjang. Sempat terpikir
bagaimana kalau dinding ini ambrol, aku jatuh, keseleo dan besok nggak bisa
wisuda.. Wis, biarin..
Sampai atas kurayapi dinding dengan perlahan sambil berdoa
semoga berhasil. Di ujungnya aku meringis, bagaimana caranya melompat dari
ketinggian dua meter tanpa cedera. Kucoba menggantungkan tanganku pada dinding
yang tadi kupijak, menurunkan satu lalu kedua kaki, kemudian badan dengan perlahan,
dengan posisi ini jatuhku lebih elegan.. Setidaknya tidak kalah dengan Angelina
Jolie dalam Tomb Raider.. Hehehe…
Alhamdulillah, aku berhasil. Penasaran kucoba buka pintu
yang tadi terkunci. Masih terkunci. Biarlah.. Bye..Setengah berlari aku menyusul rekan-rekanku yang lain.
Ternyata mereka masih berfoto-foto ria. Tak ada seorang pun yang curiga kenapa
aku datang terlambat.. Hehehe.. padahal aku masih berpikir sebenarnya ini
cerita memalukan apa cerita horor?*)
Usai berfoto, kami pulang dengan bis rombongan. Hari itu,
September 2003, sehari sebelum wisuda ikatan dinas, adalah hari terakhir aku
menginjakkan kaki di kampus PATIGAT..
Graha
Asri, 22 November 2011
*)setelah tulisan ini kuposting baru aku
mendapat konfirmasi dari Hastha kalau dia tidak merasa menemaniku ke toilet,
lalu siapa??
Tidak ada komentar:
Posting Komentar