Senin, 27 Mei 2013

Kerajinan Tanah Liat



Ada yang menjadi kebiasaan kami ketika suami sedang training atau workshop di luar kota. Yang pasti, ikuuut. Ya, begitulah, kami akan menyambut dengan suka cita kalau ada berita gembira ini. Asik kata anaknya, asik pula kata emaknya. Norak ya.. Maklumlah, dalam sebulan kami hanya berkumpul 2 minggu saja. Atau dalam hitungan setahun, ketemunya cuma 6 bulan. Maka, harap maklumi kenorakan kami ini.

Norak boleh sama, namun selera boleh berbeda. Tiap acara training/meeting itu, para anak istri juga punya agenda sendiri. Ada yang seneng shopping, jalan-jalan, main, atau kalau nggak punya acara, ya nggak kemana-mana, menikmati hotel sepanjang hari.


Saya, dan anak-anak biasanya nggak betah kalau nggak keluar-keluar. Kami manfaatkan untuk cari wahana menarik bagi anak-anak. Kalau teman-teman senang belanja, kami malah mendatangi tempat yang kira-kira disenangi anak-anak, sekaligus nambah wawasan mereka. Misal, ke teropong bintang, museum, tempat pembuatan kerajinan, penangkaran hewan, dll. Selalu ada cerita dan kesan dari anak-anak sepulang dari tempat-tempat tadi. Entah tempatnya, obyeknya, orang-orangnya, bahkan sekedar perjalanannya yang muter-muter dan kesasar nggak keruan.

Begitu pula ketika beberapa bulan yang lalu, kami ‘ikut’ meeting. Karena di Jakarta dan jam kerja, saya malas keluar-keluar, maceet. Tapi pulangnya kami mampir ke tempat kerajinan Tanah Liat Citra, di jalan Taman Makam Bahagia ABRI, Pondok Aren, Tangerang Selatan. Sebelumnya, Idris dan Ilyas sudah tertarik ingin membuat ‘sesuatu’ dari tanah liat. Seperti yang mereka lihat di film-film. Tanah liat, dibentuk di atas meja putar, lalu jadi, dipanaskan, terakhir dicat. Itu yang mereka lihat. Mereka ingin nyobain membentuk-bentuk tanah liat dengan tangan mereka sendiri.

Meluncurlah pagi itu kami ke ‘TKP’, di Pondok Aren. Ternyata nggak susah nyari lokasinya. Karena hari Sabtu, di situ ternyata sepi. Paling-paling yang berkunjung para keluarga, seperti kami ini. Kami pun mendaftar untuk dua anak, Idris dan Ilyas. Baru tau juga ternyata di situ bisa juga belajar membatik dan membuat wayang. Hanya saja untuk membatik minimal peserta 5 orang. Ya sudah, seperti tujuan semula, kami daftar untuk tanah liat saja.

Idris dan Ilyas, diajari oleh mas-mas, lupa namanya. Idris memutuskan akan membuat cangkir, Ilyas membuat naga. Wuaah.. Ternyata, memutar meja tanah liat sambil membentuk itu ada seninya. Dan ternyata bagi Idris dan Ilyas-yang badannya kecil, membentuk tanah liat memerlukan tenaga. Makanya dibantu si mas instruktur, juga saya. Baik Idris dan Ilyas senang membentuk-bentuk hiasan untuk pinggiran cangkir, dan sisik naga. Setelah itu masih ada sisa tanah yang bisa digunakan untuk mencetak bentuk pesawat, kura-kura dan kepiting. Nah, kalau ini sih anak-anak bisa, meski pemadatan dibantu lagi. Wes, pokoknya anak-anak senang.

Setelah jadi, ternyata harus diangin-anginkan dulu sampai kering (bukan dijemur lo ya, katanya biar nggak meletek). Cukup diangin-anginkan saja.  Sebenarnya waktu proses itu, kami boleh pulang, untuk nanti kembali lagi melanjutkan proses mengecat setelah dioven/bakar. Tapi karena rumah kami jauh, kami minta dikirim ke rumah saja, dengan ongkir yang kami bayar di muka.

Kira-kira seminggu kemudian, hasil kerajinan yang sudah dioven tadi sampai di rumah kami. Namun, karena kami mau mudik, terpaksa nggak dibuka dulu. Semingguan yang lalu baru kami bongkar, penasaran juga gimana hasilnya. Dan, ini dia hasilnya…

Sudah bisa ditebak, Idris dan Ilyas nggak sabar ingin segera mengecat karya mereka. Atas petunjuk si mas yang ngajarin dulu, sebaiknya dicat dasar warna putih yang dicampur sedikit lem. Oke, memang jauh hari kami sudah siapin. Semangat sekali anak-anak ini mengecat.

Setelah dicat putih semua, dijemur dulu sampai kering. Baru bisa dicat warna warni. Tapii, anak-anak ini udah nggak sabar, jadinya dijemur sambil Bapaknya pegang hair dryer, haha… Nggak sampai sejam, keringlah semuanya..

Dengan semangat lagi, mereka mulai mengecat, sepertinya semua harus selesai hari itu juga. Namanya juga anak-anak..

Baru kemudian dijemur lagi. Daaan, ini dia hasilnya. Naga, cangkir, kura-kura, pesawat dan kepiting.

Anak-anak senang sekali, kami juga. Setidaknya mereka punya kenangan dan cerita dari bahan tanah liat.

Bagi kami, segala sesuatu yang dikerjakan dengan gembira dan menyenangkan, adalah belajar..

Graha Asri, 27 Mei 2013 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar