Ada yang menjadi kebiasaan kami ketika suami sedang training
atau workshop di luar kota. Yang pasti, ikuuut. Ya, begitulah, kami akan
menyambut dengan suka cita kalau ada berita gembira ini. Asik kata anaknya,
asik pula kata emaknya. Norak ya.. Maklumlah, dalam sebulan kami hanya
berkumpul 2 minggu saja. Atau dalam hitungan setahun, ketemunya cuma 6 bulan. Maka,
harap maklumi kenorakan kami ini.
Norak boleh sama, namun selera boleh berbeda. Tiap acara training/meeting itu, para anak istri juga punya agenda sendiri. Ada yang seneng shopping, jalan-jalan, main, atau kalau nggak punya acara, ya nggak kemana-mana, menikmati hotel sepanjang hari.
Saya, dan anak-anak biasanya nggak betah kalau nggak
keluar-keluar. Kami manfaatkan untuk cari wahana menarik bagi anak-anak. Kalau
teman-teman senang belanja, kami malah mendatangi tempat yang kira-kira
disenangi anak-anak, sekaligus nambah wawasan mereka. Misal, ke teropong
bintang, museum, tempat pembuatan kerajinan, penangkaran hewan, dll. Selalu ada
cerita dan kesan dari anak-anak sepulang dari tempat-tempat tadi. Entah
tempatnya, obyeknya, orang-orangnya, bahkan sekedar perjalanannya yang
muter-muter dan kesasar nggak keruan.
Begitu pula ketika beberapa bulan yang lalu, kami ‘ikut’
meeting. Karena di Jakarta dan jam kerja, saya malas keluar-keluar, maceet.
Tapi pulangnya kami mampir ke tempat kerajinan Tanah Liat Citra, di jalan Taman
Makam Bahagia ABRI, Pondok Aren, Tangerang Selatan. Sebelumnya, Idris dan Ilyas
sudah tertarik ingin membuat ‘sesuatu’ dari tanah liat. Seperti yang mereka
lihat di film-film. Tanah liat, dibentuk di atas meja putar, lalu jadi,
dipanaskan, terakhir dicat. Itu yang mereka lihat. Mereka ingin nyobain
membentuk-bentuk tanah liat dengan tangan mereka sendiri.
Meluncurlah pagi itu kami ke ‘TKP’, di Pondok Aren. Ternyata
nggak susah nyari lokasinya. Karena hari Sabtu, di situ ternyata sepi.
Paling-paling yang berkunjung para keluarga, seperti kami ini. Kami pun
mendaftar untuk dua anak, Idris dan Ilyas. Baru tau juga ternyata di situ bisa
juga belajar membatik dan membuat wayang. Hanya saja untuk membatik minimal
peserta 5 orang. Ya sudah, seperti tujuan semula, kami daftar untuk tanah liat
saja.
Idris dan Ilyas, diajari oleh mas-mas, lupa namanya. Idris
memutuskan akan membuat cangkir, Ilyas membuat naga. Wuaah.. Ternyata, memutar
meja tanah liat sambil membentuk itu ada seninya. Dan ternyata bagi Idris dan
Ilyas-yang badannya kecil, membentuk tanah liat memerlukan tenaga. Makanya
dibantu si mas instruktur, juga saya. Baik Idris dan Ilyas senang membentuk-bentuk
hiasan untuk pinggiran cangkir, dan sisik naga. Setelah itu masih ada sisa
tanah yang bisa digunakan untuk mencetak bentuk pesawat, kura-kura dan
kepiting. Nah, kalau ini sih anak-anak bisa, meski pemadatan dibantu lagi. Wes,
pokoknya anak-anak senang.
Setelah jadi, ternyata harus diangin-anginkan dulu sampai
kering (bukan dijemur lo ya, katanya biar nggak meletek). Cukup
diangin-anginkan saja. Sebenarnya waktu
proses itu, kami boleh pulang, untuk nanti kembali lagi melanjutkan proses mengecat
setelah dioven/bakar. Tapi karena rumah kami jauh, kami minta dikirim ke rumah saja,
dengan ongkir yang kami bayar di muka.
Kira-kira seminggu kemudian, hasil kerajinan yang sudah
dioven tadi sampai di rumah kami. Namun, karena kami mau mudik, terpaksa nggak
dibuka dulu. Semingguan yang lalu baru kami bongkar, penasaran juga gimana
hasilnya. Dan, ini dia hasilnya…
Sudah bisa ditebak, Idris dan Ilyas nggak sabar ingin segera
mengecat karya mereka. Atas petunjuk si mas yang ngajarin dulu, sebaiknya dicat
dasar warna putih yang dicampur sedikit lem. Oke, memang jauh hari kami sudah
siapin. Semangat sekali anak-anak ini mengecat.
Setelah dicat putih semua, dijemur dulu sampai kering. Baru
bisa dicat warna warni. Tapii, anak-anak ini udah nggak sabar, jadinya dijemur
sambil Bapaknya pegang hair dryer, haha… Nggak sampai sejam, keringlah
semuanya..
Dengan semangat lagi, mereka mulai mengecat, sepertinya
semua harus selesai hari itu juga. Namanya juga anak-anak..
Baru kemudian dijemur lagi. Daaan, ini dia hasilnya. Naga,
cangkir, kura-kura, pesawat dan kepiting.
Anak-anak senang sekali, kami juga. Setidaknya mereka punya
kenangan dan cerita dari bahan tanah liat.
Bagi kami, segala sesuatu yang dikerjakan dengan gembira dan menyenangkan, adalah belajar..
Bagi kami, segala sesuatu yang dikerjakan dengan gembira dan menyenangkan, adalah belajar..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar