Entah kenapa setelah 25 tahun lebih, saya akhirnya kembali
lagi ke tempat ini. Dalam ingatan saya yang ketika itu masih bocah, tempat ini
biasa saja. Seperti halnya tempat-tempat wisata pada umumnya. Datang,
main-main, makan. Itu saja. Namun kini berbeda. Sebuah candi, yang merupakan
peninggalan sejarah masa lampau, tentu menyimpan cerita tersendiri. Bagi saya
tak hanya itu. Karena sekaligus mengingatkan pada masa kecil saya, masa lalu
saya, sejarah saya.
Ketika mencari jalan masuk menuju kawasan candi, kami sempat
kebingungan. Bukan saja papan penunjuk arah yang tak terbaca karena kecil,
namun di kiri kanan jalan telah muncul beberapa rumah. Jalanan yang dulu
terlihat lapang, kini terasa sempit. Padahal sebenarnya sama saja, bahkan kini
jalannya lebih halus karena telah diaspal.
Memasuki pelatarannya yang adem, hijau, tenang dan jauh dari
hiruk pikuk kota, membuat saya merasa betah. Rasanya tak ingin segera beranjak.
Beberapa anak main layang-layang di halaman candi yang berumput hijau. Saya seolah
melihat diri saya di masa lampau. Pepohonan yang mengelilingi candi begitu
rimbun. Rumput dan tanaman di sekitarnya juga terawat. Serasi dengan bangunan
candi yang berwarna merah bata. Konon, inilah yang membedakan candi di Jawa
Timur dan Jawa Tengah. Pada umumnya candi di Jawa Tengah terbuat dari batu.
Salah satu penanda lagi adalah pohon maja. Konon lagi, kabarnya, jika di
sekeliling candi banyak ditumbuhi pohon maja, maka candi tersebut adalah
peninggalan kerajaan Majapahit. Buah maja yang memang rasanya pahit, banyak
berjatuhan di sekeliling candi.
buah maja |
Baiklah, candi Jabung. Untuk jelasnya berikut saya nukilkan
dari keterangan yang ada di dekat pintu masuk candi :
Candi Jabung terletak
di desa Jabung, kecamatan Paiton, kabupaten Probolinggo. Bahan bangunan terbuat
dari batu bata, dengan panjang 13.13 meter, lebar 9.60 meter dan tinggi 16.20
meter. Candi Jabung berdiri di sebidang tanah berukuran 35 x 40 meter.
Pemugaran secara fisik
tahun 1983-1987 penataan lingkungan luasnya bertambah 20.042 meter persegi,
terletak pada ketinggian 8 mdpl. Candi Jabung menghadap ke barat, pada sisi
barat menjorok ke depan, merupakan bekas tangga naik memasuki candi.
Di sebelah
barat daya terdapat candi Menara *), yang juga terbuat dari batu bata. Ukuran
panjang dan lebar masing-masing 2.55 meter dengan tinggi 6 meter.
Komponen Candi Jabung
memiliki komponen berupa batur, kaki, tubuh dan atap. Pada bagian tubuh
bentuknya bulat silinder segi delapan, berdiri di atas kaki candi yang
bertingkat tiga berbentuk persegi. Sedangkan bagian atapnya dagoda (stupa),
tetapi bagian atap sudah runtuh. Di dalam bilik candi terdapat lapik arca.
Berdasarkan inskripsi pada pintu masuk, candi Jabung didirikan pada tahun 1276
C(Saka), atau 1354 Masehi, pada masa kebesaran kerajaan Majapahit. Dalam kitab
Nagara Kertagama, candi Jabung dikunjungi oleh Raja Hayam Wuruk pada 1359
Masehi.
Bagian batur candi:
Bagian batur candi
berukuran panjang 13.11 meter dan lebar 9.58 meter. Di atas batur terdapat
selasar keliling yang sempit dan terdapat beberapa panil relief yang
menggambarkan kehidupan sehari-hari.
1. Seorang pertapa memakai surban berhadapan
dengan muridnya.
2. Dua orang lelaki yang berada dekat sumur,
salah seorang memegangi tali timba.
3. Di antara panil-panil terdapat panil yang
menonjol semacam medallion dan relief di dalamnya sudah aus.
4. Singa yang saling berhadapan.
Bagian kaki candi:
Pada dasarnya bagian kaki candi berbentuk
peersegi empat, dengan bagian barat atau depan candi menjorok keluar tempat
tangga naik.
Bagian tubuh candi:
Bagian tubuh candi terdapat relief manusia,
rumah dan pohon-pohonan. Pada sudut
tenggara terdapat relief yang menggambarkan wanita sedang naik punggung seekor
ikan. Dalam agama Hindu, relief ini menceritakan Sri Tanjung dalam pelepasan
jiwa.
Relief seperti ini juga terdapat pada candi Penataran Blitar, candi
Surowono Kediri dan Gapura Bajangratu Mojokerto. Pada bagian tengah tubuh candi
melalui pintu tersebut dapat terlihat bilik candi yang berukuran 2.6 x 2.58
meter dan tinggi 5.52 meter. Pada bagian atasnya terdapat batu penutup cungkup
yang berukir. Setelah bagian duduk tubuh candi, terdapat tubuh candi yang
berbentuk bulat silinder.
Bagian atap candi:
Bagian atap candi sudah hilang, kemungkinan
besar puncaknya berbentuk stupa, dengan hiasan sulur-suluran…”
Jadi,
kalau anda ada waktu dan kebetulan lewat di jalan raya Probolinggo – Paiton,
tak ada ruginya mampir sejenak. Sekedar singgah, melepas penat. Temukan sensasi
kehidupan masa lalu, melalui pandangan sederhana. Sesederhana kesetiaan candi
Jabung menunggu kedatangan kita. Bahwa di masa lampau, pendahulu kita
sebenarnya pernah berjaya, dibalik keterbatasannya..
Letjes,
26 April 2013
*)
Candi Menara yang terletak di sebelah barat daya candi Jabung belum dipugar.
Terlihat samar-samar dari kejauhan. Kami kesulitan untuk memotretnya karena
tertutup pepohonan dan jalan masuk yang sulit diakses, bahkan meski dengan
jalan kaki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar