Taraa, inilah postingan pertama saya di tahun 2016, setelah vakum di 2015, karena kepadatan tugas, eeaaa.. Meski cerita ini kilas balik di tahun 2014, semoga saja nggak basi. Cerita selanjutnya mungkin akan mengikuti waktu setelahnya.
|
suro dan boyo |
Idris dan Ilyas suka dengan binatang, apalagi dapat melihat
langsung. Pada September 2014, usai berlebaran di Ponorogo, kami berkesempatan
menginap di Surabaya. Waktu selama 3 hari di Surabaya kami gunakan untuk
jalan-jalan sekitar kota. Sewaktu pulang dari Taman Bungkul, kami melewati
Kebun Binatang Surabaya (KBS). Tentu saja Idris Ilyas minta mampir ke
situ. Saya janjikan keesokan harinya saja, supaya Bapaknya bisa menemani. Seingat
saya terakhir kali ke KBS waktu SMP, tempat ini luaaas sekali. Dulu sih
kuat-kuat saja keliling KBS, entah sekarang.
Benar saja, keesokan hari setelah Bapak selesai tugas, Idris
Ilyas sudah nagih, apalagi kalau nggak ke KBS. Usai makan
siang di Soto Madura jl. Mayjend Sungkono, kami meluncur ke KBS.
Suasana nggak terlalu ramai, mungkin karena ini hari kerja. Usai membeli tiket
kami masuk, mulai menyisiri lokasi satu persatu dari bagian depan. Baru lihat
peta saya udah lemes. Terbayang lutut kesayangan yang baru direparasi tahun
lalu, nyut nyut.. Semoga saja kuat, yang penting nggak usah ngebut-ngebut.. Hihihi.. Di bagian depan adalah aneka burung,
dilanjutkan reptilia, mamalia, bermacam rusa dan seterusnya.
|
peta yang bikin keder.. |
Sambil berkeliling, Idris Ilyas tak henti bertanya, terutama
binatang-binatang buas kesukaan, seperti buaya, harimau, singa dan lain-lain. Meskipun
kondisinya memprihatinkan; kandang yang kurang terawat, badannya kurus-kurus
dan lain-lain tapi Idris Ilyas tetap semangat memperhatikan. Mungkin ada benarnya dengan apa yang
diberitakan di media, KBS kini tak seperti dulu. Terus terang saya merasa
kasihan melihat binatang yang ada di sini.
|
kandang harimau |
|
kasuari |
|
burung merak |
|
buaye |
|
tau kan ini kandang apa? |
|
rusa totol, dan masih banyak lagi... |
Sebenarnya keberadaan kebun binatang dari masa ke masa
sangat berarti bagi ilmu pengetahuan. Jasanya tak bisa diabaikan begitu saja. Zaman
dahulu informasi masih terbatas, kita bisa mengakses pengetahuan tentang
binatang hanya melalui televisi yang
salurannya terbatas, buku-buku juga terbatas. Jadi keberadaan kebun binatang
sangat menumbuhkan gairah masyarakat untuk mengetahui lebih dekat tentang
binatang. Namun kini zaman telah berganti. Akses internet begitu mudah didapat,
video-video tentang binatang sangat beragam dan menarik, saluran televisi yang
menayangkan tentang binatang lebih terjangkau. Jadi, apalagi? Kebun binatang
berkurang peminatnya. Apalagi sekarang mulai bermunculan wahana binatang di
alam liar, di mana binatang tetap berada di alam aslinya. Kita, para
pengunjunglah yang mengamati mereka dari dalam kendaraan. Seandainya boleh
memilih, tentu binatang-binatang lebih suka berada di alam aslinya. Mereka bisa
bebas ke sana kemari. Begitu juga iklim yang biasanya kurang cocok dengan
lokasi kebun binatang.
|
enaknya selonjoran di sini, kaki udah pegel.. |
Jalan-jalan di KBS berakhir di dekat kandang singa dan
harimau putih. Kami (tepatnya saya) sudah kecapekan, kaki pegal-pegal dan lutut
minta istirahat. Saya selonjor di bangku-bangku yang tersedia, memakan
bekal sambil memandangi kawanan monyet yang bergelantungan di pohon. Sambil
mengunyah saya merenungkan betapa tempat ini dulu pernah berjaya, menjadi idola
masyarakat Surabaya dan Jawa Timur. Jadi tempat kunjungan wisata yang
membanggakan.
Di depan saya terhampar menara tinggi bertingkat yang dari
atasnya kita dapat melihat kota Surabaya. Tapi kini terlihat sepi, sendu.
Seperti sore yang makin mendekati senja ini. Oh KBS, meski begitu kau telah
berjasa menorehkan tinta keemasan, entah sampai kapan. Mungkin sampai engkau
diinjak kekuasaan..
Graha Asri, 6 Pebruari 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar