Akhir-akhir ini Idris dan Ilyas suka sekali menonton kartun
serial Syamil dan Dodo. Serial anak-anak Islami yang ditayangkan di sebuah
stasiun TV di sore hari. Ceritanya bagus dan lucu. Gara-gara menonton itu
mereka minta dibelikan kasetnya. Gara-gara itu pula Idris terinspirasi membuat
tas sekolah yang mirip kepunyaan Syamil dan Dodo.
Tas sekolah berbentuk ransel
itu kesemuanya dibuat dari kertas HVS A4 yang sehari-harinya jadi bahan utama
prakarya mereka. Tas itu diwarnai dengan krayon dan hanya direkatkan dengan
isolasi.
Bagaimana dengan isinya? Ternyata di dalam tas itu juga ada
buku-bukunya lo.
Buku apa sih? Ya buku-buku yang mereka buat sendiri juga.
Buku-buku sederhana yang berisi cerita dalam bentuk gambar. Memang, Idris dan
Ilyas belum bisa membaca dan menulis. Selama ini kalau ‘membaca’ buku, mereka
hanya mengikuti gambarnya step by step.
Akhirnya mereka terbiasa membuat cerita dalam bentuk gambar.
Kalaupun buku-buku itu diberi judul, maka judulnya berbentuk gambar juga. Dengan
tambahan beberapa huruf atau angka selayaknya buku pada umumnya. Yuk, kita
simak, buku-buku apa saja yang kali ini mereka buat.
|
yang atas cover bukunya, yang bawah ceritanya |
Kadang saya memahami
kadang tidak, karenanya saya selalu tanya itu cerita tentang apa?
Baiklah, saya akan perkenalkan salah satu buku Idris.
Judulnya tentang ‘Toilet’.
|
'Toilet' |
Nah, kelihatan kan dari gambarnya, gambar kloset.
Mari saya ceritakan cuplikan ceritanya, berurutan dari atas ke bawah dan kiri
ke kanan, lalu ke atas lagi.
Suatu hari ada
seseorang yang kebelet pipis.
Lalu dia pergi ke toilet.
Lalu dia pipis.
Lalu dia
lapar dan naik mobil ke toko pizza.
Lalu pizza hangat datang dan dia makan pizza
sampai kenyang.
Lalu dia
pulang dan tidur dengan lelap.
Hehe, cerita yang singkat tapi menarik bukan? Tapi,
ceritanya tentang makan pizza tapi judulnya kok ‘Toilet’ ya? Haha nggak
nyambung nih yee.. Tapii, nyambung juga
dikit kayaknya.. Namanya juga bocah.
Oke, segitu tentang buku-buku dan tas sekolah yang baru
dibuat. Selanjutnyaaa, buku berjudul ‘Toilet’ ini ternyata menginspirasi prakarya
yang lain lagi. Keesokan harinya, diam-diam Idris membuat toiletnya. Lagi-lagi
dari kertas A4. Sketsa dibuat dulu, baru digunting dan direkat-rekatkan.
Lengkap dengan tempat tisu dan kamar mandinya..
|
kamar mandi dan klosetnya |
Begitulah setiap hari tanpa bosan-bosannya mereka membuat
prakarya. Kalo nggak berupa gambar/lukisan dua dimensi, ya prakarya
berbentuk tiga dimensi. Saking banyaknya, sampai-sampai karya mereka nggak muat
disimpan. Kadang saya sempat memfoto, sering pula tidak. ‘Kantor’ mereka selalu
penuh. Kertas, lem, gunting, isolasi, krayon, pensil, spidol menjadi kebutuhan
pokok mereka, layaknya kantor beneran. Rumah pun hampir tak pernah rapi, selalu
penuh dengan potongan-potongan kertas, krayon, kepingan lego, puzzle, dll.
Tempelan gambar ada di mana-mana.
Karena semua ide prakarya adalah dari mereka sendiri,
inspirasinya bisa dari mana saja. Dari perjalanan, buku yang mereka ‘baca’,
film dan kaset yang mereka tonton, tempat-tempat yang mereka kunjungi dan
kejadian-kejadian yang mereka alami sehari-hari.
|
terinspirasi dari film 'Godzilla' |
|
bugs.. |
|
parasut rocka super, tampak depan, samping dan belakang, kaca helmnya dibuat dari potongan plastik mika |
|
rotor, corroder,stormer, gorzan, breakout, eris, dkk |
|
crager, speedademon, surge, motor crager, frostbeast, dkk |
|
telepon, Idris di sini, Ilyas di sana |
|
Ninja turtle, tampak depan dan belakang, lengkap dengan sepasang senjata |
|
gambar2, yang terinspirasi dari mana-mana |
|
menggambar dg paintbrush, godzilla, buaya, night fury(dragon trainer) |
|
gunting dan tempel, spontan tanpa pola.. |
|
terinspirasi dari sawah depan rumah kakeknya.. |
|
knights are brave and strong |
|
anak panah dan busurnya, lihat mata idris udah ngantuk banget, kalo belum jadi nggak mau tidur.. |
|
helmet.. dari kardus bekas |
|
topi bulu hadiah untuk ibu.. (saya bener2 kaget pas mereka bikinin ini buat saya) |
|
spaceship, dari tutup pemeras jeruk dan kertas.. |
|
weapons.. | |
|
chima & hero factory.. |
|
digantung biar nggak makan tempat |
Terusnya, kalau mereka sehari-hari seperti itu, apa nggak
bosen? Haha.. Iya bener saya mikirnya dulu biarin deh, sampai mereka bosen
sendiri makanya kami turutin apa keinginan mereka. Tapi ternyata sampai saat
ini mereka nggak pernah bosen. Kok bisa?
Sejak Idris dan Ilyas berhenti (tepatnya mogok) sekolah di
awal tahun 2013 kemarin, inilah sebagian besar kegiatan mereka. Kegiatan yang
dilakukan dengan senang, tanpa paksaan, tanpa perasaan sedih atau marah. Bahkan
semua prakarya itu mereka buat tanpa arahan dari kami, murni ide mereka
sendiri. Saya berusaha memancing untuk mengajari mereka membaca, mengaji,
menulis, berhitung. Sampai saat ini yang baru mereka minati hanya mengaji dan
berhitung. Mengajinya pun masih Iqro. Berhitungnya pun masih berhitung dasar
yang ketika mengajarkannya saya lakukan sambil praktek. Misal menghitung
mainan atau krayon, membaca jam dan lainnya. Tampaknya mereka belum berminat pada urusan
membaca dan menulis. Seperti yang saya ceritakan di awal, karena mereka lebih
menyukai membaca itu melaui gambar-gambar dan petunjuk yang mereka lihat. Itu
saja bagi mereka sementara ini sudah cukup, bagi mereka lho yaa..
Usia Idris dan Ilyas saat ini 6 tahun, adalah usia emas
dimana teman-teman sebayanya sudah banyak yang pintar membaca dan menulis,
tampil percaya diri di depan umum, juga pintar ini dan itu lainnya. Jujur saja
saya galau, galau kok anak saya belum bisa (tepatnya mau )ini itu seperti yang
lainnya. Kira-kira kapan mereka berminat belajar akademis, apakah mereka akan
ketinggalan jika dibandingkan anak-anak lain. Ditambah lagi, kalau ada
orangtua saling pamer keunggulan, kepintaran dan kelihaian anak-anak mereka,
yang kesemuanya itu tidak ada pada anak-anak saya. Iya, bagaimana nggak galau.
Sementara tiap pagi, anak-anak sebayanya berangkat sekolah, belajar di sekolah,
nurut diajarin ini itu, pintar macem-macem. Anak-anak saya mengawali
hari dengan menonton film, tidur-tiduran, kadang bangun tidur pun yang
dipikirkan tentang mainan atau prakarya yang sedang mereka buat. Dalam hati saya,
anak-anak ini nanti bagaimana ya?? Meski pikiran saya
tenang-tenangkan, tetap saja kegalauan saya pasang surut. Saya dan suami terus berusaha
mencari cara mengajari mereka. Namun anak-anak tetap begitu saja, selalu yang
mereka minati tentang gambar, prakarya, mainan dll.
Hal ini mau nggak mau ‘memaksa’ kami belajar, apa sebenarnya
yang terjadi pada putra kembar kami. Tak
lupa selalu memohon petunjukNya demi kebaikan mereka. Hingga pada suatu titik
saya menyadari bahwa sayalah yang seharusnya menyesuaikan dengan anak-anak yang
menakjubkan ini. Tak perlu saya menyamakan mereka dengan anak-anak lain.
Belajar, les, sekolah, dsb. Bukan ada apa dengan anak saya? Tapi ada apa dengan
saya? Kenapa saya jadi begitu pandai mencari kekurangan anak sendiri, bukannya malah menggali hal-hal yang paling mereka sukai.
Memang mereka belum mahir calistung, belum mandiri dalam
beberapa hal. Tapi kemudian makin saya menyadari bahwa mereka anak-anak yang
sabar, sabar ketika membuat prakarya yang sulit, membosankan (menurut saya) dan dengan peralatan yang sederhana,
sabar ketika diajak mengantre di tempat umum, sabar ketika ternyata apa yang
mereka inginkan belum terpenuhi. Tak pernah tantrum baik di rumah atau di
tempat umum. Makan pun mereka nggak susah, mintanya yang sederhana pula, nggak
rewel atau berulah ketika diajak ke masjid, juga ketika harus menempuh
perjalanan jauh seharian penuh. Mereka pun mudah berbagi, karena terbiasa
berinteraksi berdua dengan kembarannya. Dan masih baaanyak lagi kelebihan dibalik 'kekurangan' mereka.
Maka nikmat Allah yang mana lagi yang masih saya dustakan?
Saya yakin suatu saat mereka akan menemukan jalan dan keinginan yang kuat untuk
mulai meretas cita-cita mereka. Hanya kesabaran yang kami butuhkan untuk
mencapai titik itu, tidak dengan mengurangi kebahagiaan mereka saat ini. Kami
yakin justru di masa emas inilah, mereka harus memulai dengan hal-hal yang
membahagiakan...
Graha Asri, 1 Syawwal 1435 H, Taqabbal Allahu minna wa minkum..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar