Senin, 28 Juli 2014

Kegalauan Orangtua, Kebahagiaan Anak-anak



Akhir-akhir ini Idris dan Ilyas suka sekali menonton kartun serial Syamil dan Dodo. Serial anak-anak Islami yang ditayangkan di sebuah stasiun TV di sore hari. Ceritanya bagus dan lucu. Gara-gara menonton itu mereka minta dibelikan kasetnya. Gara-gara itu pula Idris terinspirasi membuat tas sekolah yang mirip kepunyaan Syamil dan Dodo. 

Tas sekolah berbentuk ransel itu kesemuanya dibuat dari kertas HVS A4 yang sehari-harinya jadi bahan utama prakarya mereka. Tas itu diwarnai dengan krayon dan hanya direkatkan dengan isolasi.
Bagaimana dengan isinya? Ternyata di dalam tas itu juga ada buku-bukunya lo.  
Buku apa sih? Ya buku-buku yang mereka buat sendiri juga. Buku-buku sederhana yang berisi cerita dalam bentuk gambar. Memang, Idris dan Ilyas belum bisa membaca dan menulis. Selama ini kalau ‘membaca’ buku, mereka hanya mengikuti gambarnya step by step.

Akhirnya mereka terbiasa membuat cerita dalam bentuk gambar. Kalaupun buku-buku itu diberi judul, maka judulnya berbentuk gambar juga. Dengan tambahan beberapa huruf atau angka selayaknya buku pada umumnya. Yuk, kita simak, buku-buku apa saja yang kali ini mereka buat.
yang atas cover bukunya, yang bawah ceritanya
Kadang saya memahami kadang tidak, karenanya saya selalu tanya itu cerita tentang apa?
Baiklah, saya akan perkenalkan salah satu buku Idris. Judulnya tentang ‘Toilet’.
'Toilet'
Nah, kelihatan kan dari gambarnya, gambar kloset. Mari saya ceritakan cuplikan ceritanya, berurutan dari atas ke bawah dan kiri ke kanan, lalu ke atas lagi.
Suatu hari ada seseorang yang kebelet pipis.
Lalu dia pergi ke toilet.
 Lalu dia pipis.
Lalu dia lapar dan naik mobil ke toko pizza.
Lalu pizza hangat  datang dan dia makan pizza sampai kenyang.
Lalu dia pulang dan tidur dengan lelap.

Hehe, cerita yang singkat tapi menarik bukan? Tapi, ceritanya tentang makan pizza tapi judulnya kok ‘Toilet’ ya? Haha nggak nyambung nih yee..  Tapii, nyambung juga dikit kayaknya.. Namanya juga bocah.

Oke, segitu tentang buku-buku dan tas sekolah yang baru dibuat. Selanjutnyaaa, buku berjudul ‘Toilet’ ini ternyata menginspirasi prakarya yang lain lagi. Keesokan harinya, diam-diam Idris membuat toiletnya. Lagi-lagi dari kertas A4. Sketsa dibuat dulu, baru digunting dan direkat-rekatkan. Lengkap dengan tempat tisu dan kamar mandinya..
kamar mandi dan klosetnya
Begitulah setiap hari tanpa bosan-bosannya mereka membuat prakarya. Kalo nggak berupa gambar/lukisan dua dimensi, ya prakarya berbentuk tiga dimensi. Saking banyaknya, sampai-sampai karya mereka nggak muat disimpan. Kadang saya sempat memfoto, sering pula tidak. ‘Kantor’ mereka selalu penuh. Kertas, lem, gunting, isolasi, krayon, pensil, spidol menjadi kebutuhan pokok mereka, layaknya kantor beneran. Rumah pun hampir tak pernah rapi, selalu penuh dengan potongan-potongan kertas, krayon, kepingan lego, puzzle, dll. Tempelan gambar ada di mana-mana. 

Karena semua ide prakarya adalah dari mereka sendiri, inspirasinya bisa dari mana saja. Dari perjalanan, buku yang mereka ‘baca’, film dan kaset yang mereka tonton, tempat-tempat yang mereka kunjungi dan kejadian-kejadian yang mereka alami sehari-hari.
terinspirasi dari film 'Godzilla'
bugs..
parasut rocka super, tampak depan, samping dan belakang, kaca helmnya dibuat dari potongan plastik mika
rotor, corroder,stormer, gorzan, breakout, eris, dkk
crager, speedademon, surge, motor crager, frostbeast, dkk
telepon, Idris di sini, Ilyas di sana
Ninja turtle, tampak depan dan belakang, lengkap dengan sepasang senjata
gambar2, yang terinspirasi dari mana-mana
menggambar dg paintbrush, godzilla, buaya, night fury(dragon trainer)
gunting dan tempel, spontan tanpa pola..
terinspirasi dari sawah depan rumah kakeknya..
knights are brave and strong
anak panah dan busurnya, lihat mata idris udah ngantuk banget, kalo belum jadi nggak mau tidur..
helmet.. dari kardus bekas
topi bulu hadiah untuk ibu.. (saya bener2 kaget pas mereka bikinin ini buat saya)
spaceship, dari tutup pemeras jeruk dan kertas..
weapons..


chima & hero factory..
digantung biar nggak makan tempat
peluit dan piramid..
night fury.. (toothless) tapi warnanya biru
from the 'godzilla' movie, godzilla, muto, bridge, cars, buildings, sea, nuclear, ect

Dan masih baanyak lagi yang nggak bisa saya upload semua..

Terusnya, kalau mereka sehari-hari seperti itu, apa nggak bosen? Haha.. Iya bener saya mikirnya dulu biarin deh, sampai mereka bosen sendiri makanya kami turutin apa keinginan mereka. Tapi ternyata sampai saat ini mereka nggak pernah bosen. Kok bisa?

Sejak Idris dan Ilyas berhenti (tepatnya mogok) sekolah di awal tahun 2013 kemarin, inilah sebagian besar kegiatan mereka. Kegiatan yang dilakukan dengan senang, tanpa paksaan, tanpa perasaan sedih atau marah. Bahkan semua prakarya itu mereka buat tanpa arahan dari kami, murni ide mereka sendiri. Saya berusaha memancing untuk mengajari mereka membaca, mengaji, menulis, berhitung. Sampai saat ini yang baru mereka minati hanya mengaji dan berhitung. Mengajinya pun masih Iqro. Berhitungnya pun masih berhitung dasar yang ketika mengajarkannya saya lakukan sambil praktek. Misal menghitung mainan atau krayon,  membaca jam dan lainnya. Tampaknya mereka belum berminat pada urusan membaca dan menulis. Seperti yang saya ceritakan di awal, karena mereka lebih menyukai membaca itu melaui gambar-gambar dan petunjuk yang mereka lihat. Itu saja bagi mereka sementara ini sudah cukup, bagi mereka lho yaa..

Usia Idris dan Ilyas saat ini 6 tahun, adalah usia emas dimana teman-teman sebayanya sudah banyak yang pintar membaca dan menulis, tampil percaya diri di depan umum, juga pintar ini dan itu lainnya. Jujur saja saya galau, galau kok anak saya belum bisa (tepatnya mau )ini itu seperti yang lainnya. Kira-kira kapan mereka berminat belajar akademis, apakah mereka akan ketinggalan jika dibandingkan anak-anak lain. Ditambah lagi, kalau ada orangtua saling pamer keunggulan, kepintaran dan kelihaian anak-anak mereka, yang kesemuanya itu tidak ada pada anak-anak saya. Iya, bagaimana nggak galau. Sementara tiap pagi, anak-anak sebayanya berangkat sekolah, belajar di sekolah, nurut diajarin ini itu, pintar macem-macem. Anak-anak saya mengawali hari dengan menonton film, tidur-tiduran, kadang bangun tidur pun yang dipikirkan tentang mainan atau prakarya yang sedang mereka buat. Dalam hati saya,  anak-anak ini  nanti bagaimana ya?? Meski pikiran saya tenang-tenangkan, tetap saja kegalauan saya pasang surut. Saya dan suami terus berusaha mencari cara mengajari mereka. Namun anak-anak tetap begitu saja, selalu yang mereka minati tentang gambar, prakarya, mainan dll. 

Hal ini mau nggak mau ‘memaksa’ kami belajar, apa sebenarnya yang terjadi pada putra kembar  kami. Tak lupa selalu memohon petunjukNya demi kebaikan mereka. Hingga pada suatu titik saya menyadari bahwa sayalah yang seharusnya menyesuaikan dengan anak-anak yang menakjubkan ini. Tak perlu saya menyamakan mereka dengan anak-anak lain. Belajar, les, sekolah, dsb. Bukan ada apa dengan anak saya? Tapi ada apa dengan saya? Kenapa saya jadi begitu pandai mencari kekurangan anak sendiri, bukannya malah menggali hal-hal yang paling mereka sukai.

Memang mereka belum mahir calistung, belum mandiri dalam beberapa hal. Tapi kemudian makin saya menyadari bahwa mereka anak-anak yang sabar, sabar ketika membuat prakarya yang sulit, membosankan (menurut saya) dan dengan peralatan yang sederhana, sabar ketika diajak mengantre di tempat umum, sabar ketika ternyata apa yang mereka inginkan belum terpenuhi. Tak pernah tantrum baik di rumah atau di tempat umum. Makan pun mereka nggak susah, mintanya yang sederhana pula, nggak rewel atau berulah ketika diajak ke masjid, juga ketika harus menempuh perjalanan jauh seharian penuh. Mereka pun mudah berbagi, karena terbiasa berinteraksi berdua dengan kembarannya. Dan masih baaanyak lagi kelebihan dibalik 'kekurangan' mereka.

Maka nikmat Allah yang mana lagi yang masih saya dustakan? Saya yakin suatu saat mereka akan menemukan jalan dan keinginan yang kuat untuk mulai meretas cita-cita mereka. Hanya kesabaran yang kami butuhkan untuk mencapai titik itu, tidak dengan mengurangi kebahagiaan mereka saat ini. Kami yakin justru di masa emas inilah, mereka harus memulai dengan hal-hal yang membahagiakan... 

Graha Asri, 1 Syawwal 1435 H, Taqabbal Allahu minna wa minkum..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar