Senin, 13 Desember 2010

Pernahkah Anda Mengantuk Saat Menyetir? Saya Sering

Persoalan mengantuk sudah menjadi kebiasaanku semenjak kuliah. Kebiasaan atau penyakit? Tepatnya apa? Ada yang bilang karena kurang nutrisi. Terutama vitamin dan mineral. Tetapi meski makan sudah teratur dan berusaha mencukupi nutrisi tetap saja mengantuk. Puncak rasa kantuk ini biasanya saat pertengahan kuliah pagi atau siang. Berdua dengan teman perempuan (kami berdua saja perempuan di kelas ini) menggunakan berbagai macam cara mengatasi kantuk yang semakin menjadi. Biasanya mengoleskan kayu putih sekitar mata. Hasilnya, mata langsung melek seketika karena pedas. Tapi sesudahnya, ngantuk lagi. Lalu kami akan saling mencubit tangan. Jadilah kami menahan dua rasa, yaitu kantuk dan sakit. Lalu tetap mengantuk lagi. Hasilnya, catatan2 kami tak lagi berbentuk tulisan, tapi lebih mirip lukisan. Untungnya dosen tak pernah memarahi mahasiswanya yang mengantuk seperti ini asalkan tak keterlaluan seperti tidur pulas dengan kepala terkulai di meja.
Rasa kantuk ini berlanjut saat sudah bekerja. Waktu itu perjalanan dari dan ke tempat kerja kurang lebih satu jam, selalu kugunakan tidur di bis jemputan. Saat tiba di tempat kerja rasanya jadi segar. Yang memalukan kalau perjalanan pulang dan sampai di tujuan dekat rumah. Kalau tidur kebablasan biasanya teman2 membangunkan.
Saat sekarang sudah tidak bekerja penyakit kantuk ini sering menyerang saat menyetir. Berbahaya!! Sudah pasti. Kalau sedang ada suami tentu tidak masalah. Untuk jarak jauh kami bisa bergantian. Tetapi kalau suami sudah bertugas keluar kota, maka kami tinggal berempat dan aku yang harus menggantikan tugas ini itu termasuk jadi sopir. Untuk jarak dekat sih rasa kantuk hampir tidak pernah menyerang. Tapi kalau sudah jarak di atas 100 km, amboii. Kalau tidak terpaksa biasanya perjalanan seperti itu kutunda sampai suami pulang.
Banyak cara yang kugunakan kalau rasa kantuk menyerang saat menyetir.
Pertama, berdoa sebelum memulai perjalanan, semoga diselamatkan sampai tujuan.
Kedua, mengunyah permen atau sejenisnya. Untuk kantuk yang ringan, biasanya ini cukup ampuh. Tak ada permen kadang cemilan ringan seperti kacang dan sebangsanya.
Ketiga, mengobrol dengan anak2 kalau mereka tidak tidur. Yang rajin mengajak ngobrol biasanya sulungku Mas Ahnaf. Dia tahu supaya aku tidak mengantuk harus diajak ngobrol. Tapi kalau perjalanan malam dan dia sudah tidak kuat, dia akan berpesan, “Bu, Ahnaf sudah ngantuk boleh tidur nggak? Nanti kalau Ibu ngantuk berhenti dulu ya..”
Keempat, menaikkan volume musik atau menggantinya dengan yang berirama cepat, sehingga mengubah suasana. Kadang kantuk yang seperti ini datang saat anak2 tidur semua.
Kelima, ini cara terakhir. Kupinggirkan mobil di tempat yang kira2 aman, kupejamkan mata dan tidak peduli dengan sekitar. Karena itu satu2nya cara yang ampuh, obat kantuk ya tidur. Kira2 sepuluh atau lima belas menit sudah cukup dan siap melanjutkan perjalanan lagi.Mas Ahnaf pernah bercerita, “Tadi Ibu dilihatin orang2, ini kok mobil berhenti ngapain ya? Ternyata sopirnya tidur.”
Seorang teman pernah bercerita saat perjalanan mudik ke Jawa Timur. Karena sudah malam ia dan anak2nya tidur dan suaminya dibiarkan menyetir sendiri. Entah berapa lama ia merasa mobil berhenti di suatu tempat dan suaminya tidak ada di kursi depan. Penasaran dan was2 ia turun dan mencari2 suaminya. Ternyata sedang makan nasi pecel di warung pinggir jalan. Saat ditanya sang suami menjawab, “Habis Abi ngantuk semua pada tidur, ya udah Abi berhenti makan dulu biar seger.”
Semoga kiat2 mengatasi rasa kantuk tadi bermanfaat.

Taman Puri, 13 desember 2010

2 komentar:

  1. hehehe
    bahaya-bahaya
    aku juga kadang ketiduran
    alhamdulillah selamet
    berdoa sebelum berkendara aja bun dan lebih konsentrasi :)

    BalasHapus
  2. biasanya kalau ketiduran yg sekejap itu lalu kita seperti disetrum dan mata melek lagi..Tapi kan gak mau ketiduran walau sekejap..

    BalasHapus