Kamis, 16 September 2010

Tugas Kita Adalah Menyuruh Anak Berhenti Membaca



Pada suatu ketika, seorang teman mendapat pencerahan dari penulis dan pembicara kondang M Fauzil Adhim. Begini cuplikannya, "..tugas kita adalah menyuruh anak berhenti membaca.." Saya tak terlalu memahaminya waktu itu, hingga kemudian mengalaminya sendiri.

 
 Sejak bayi, anak-anak saya biasakan membaca. Bahkan tidak sedikit yang menganjurkan untuk dibacakan sejak dalam kandungan.
Awalnya saat Ahnaf bayi, sekitar 2001, saya membiasakan untuk membacakan buku. Buku pertamanya, cerita balita Mio. Waktu itu buku cerita Mio masih dijual eceran. Ahnaf sangat senang dengan buku itu. Dia minta dibacakan berulangkali. Bukunya sampai kusut dan robek di sana sini. Kami pun menambah koleksi Mio dan mulai mencari buku lain dengan tema beragam. Tak lama kemudian kami menemukan Poldy, serial orang-orangan sawah yang berpetualang keliling dunia. Buku tersebut mengenalkan warna, angka, bentuk, suara, tekstur, waktu, dan lainnya. Kemasannya hard cover, full color, dan penuh gambar-gambar menarik. Secara cepat, Poldy mendapat tempat di hati Ahnaf. Harganya pun lumayan untuk kantong kami. Terpaksa, kami mencicilnya selama dua tahun. Kalau cash, bisa-bisa kami tidak makan.. Hehe.. Pada akhirnya harga tak jadi soal jika kecintaan membaca tertanam di hati Ahnaf, salah satu anak kesayangan kami.
Waktu berjalan dan usia Ahnaf bertambah. Semakin banyak pula yang ia tanyakan kepada kami. Mulai hal-hal paling sederhana sampai pertanyaan yang tak pernah kami duga sebelumnya. Kami berpikir harus mulai menambah wawasan untuk bisa menjawab keingin tahuannya yang besar.  Misalnya, “Bu, kalau pasir itu asalnya dari mana?” Atau, “Kalau batu di sungai kok besar-besar sih Bu?” Begitu seterusnya pertanyaan Ahnaf seolah tak pernah berhenti.
Hingga suatu ketika kami menemukan serial ensiklopedi Widya Wiyata Pertama Anak-Anak. Buku ini juga langsung mencuri hatinya, dengan ilustrasi dan penjelasan yang tak kalah menarik. Dan seperti biasa, kami masih harus mencicil untuk membeli buku yang mahal ini. Harga memang tak menyurutkan langkah kami demi si buah hati. Kami lebih rela tak memiliki perabotan rumah tangga dari pada kehilangan kesempatan berharga. Bahkan kemudian kami menambah koleksi buku-buku cerita yang lain. Kelihatannya kami memang 'rakus,' tapi biarlah mungkin ini salah satu bentuk 'balas dendam' kami di masa lalu. Dulu ketika masih sekolah, kami merasa sayang untuk membeli buku, karena uang saku yang terbatas. He he.. Seperti yang pernah saya kutip dari Pak Andy F. Noya, yang haus buku di masa lalu, begitu ada kesempatan membeli buku sebanyak-banyaknya.
Back to topic... Kebiasaan Ahnaf membaca buku ini terbawa sampai sekarang bahkan menular ke adik-adiknya. Ya, dulu dia yang dibacakan buku, sekarang ganti dia yang membacakan buku untuk Idris dan Ilyas. Anak-anak ini sepertinya tidak bisa tidur tanpa buku-buku berserakan di samping mereka. Bahkan bekal tidur Ahnaf tak cukup hanya satu buku. Bisa dua, tiga atau lima. Setiap pagi bangun tidur buku-buku berjatuhan di kolong  kasur, ketindihan, terlipat-lipat bahkan robek. Apalagi kalau sudah asik membaca, menjelang tidur pun hampir selalu diingatkan "Mas Ahnaf,  udahan dulu bacanya, udah malam, besok sekolah..."
Begitu pula adiknya kalau selesai dibacakan mereka belum puas akhirnya 'membaca' sendiri. Ada yang sambil duduk, tiduran dan tengkurap. Kalau diingatkan, "Ayo sekarang Adik tidur ya..." Mereka langsung tiduran, untuk kemudian duduk lagi membolak balik buku mengamati gambar-gambar atau yang lainnya. Pernah suatu ketika mereka menangis karena kejatuhan buku ensiklopedi. Buku yang lumayan berat itu menimpa mereka yang hampir saja tertidur. "Makanya Adik tidur dulu yuk Nak, sudah malam, bacanya udahan dulu. Besok kita baca lagi ya." Begitulah setiap hari saya berkutat dengan anak-anak yang ternyata Allah mengabulkan keinginan kami, cinta baca dan buku. Ooo inilah yang dimaksud Pak Fauzil Adhim, jadi bukan menyuruh berhenti membaca yang sesungguhnya. Tapi berhenti membaca untuk tidur, sholat, mandi, membantu ibu dan lainnya.
Yaa Allah semoga anak-anak kami menjadi anak-anak sholeh yang mendoakan kedua orang tua, semoga mereka menjadi generasi Quran yang berguna bagi sesama... Amiin...

Taman Puri, 10 April 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar