Pada suatu ketika, seorang teman
mendapat pencerahan dari penulis dan pembicara kondang M Fauzil Adhim. Begini
cuplikannya, "..tugas kita adalah menyuruh anak berhenti membaca.." Saya
tak terlalu memahaminya waktu itu, hingga kemudian mengalaminya sendiri.
Sejak bayi, anak-anak saya biasakan membaca.
Bahkan tidak sedikit yang menganjurkan untuk dibacakan sejak dalam kandungan.
Awalnya saat Ahnaf bayi, sekitar 2001, saya membiasakan
untuk membacakan
buku. Buku pertamanya,
cerita balita Mio. Waktu
itu buku cerita Mio masih
dijual eceran. Ahnaf sangat senang dengan buku itu. Dia minta dibacakan berulangkali. Bukunya
sampai kusut dan robek di sana sini. Kami pun menambah koleksi Mio dan mulai mencari buku lain dengan
tema beragam. Tak
lama kemudian kami menemukan Poldy, serial
orang-orangan sawah yang berpetualang keliling dunia. Buku tersebut mengenalkan warna, angka, bentuk,
suara, tekstur, waktu,
dan lainnya. Kemasannya hard cover, full color, dan penuh gambar-gambar menarik. Secara cepat, Poldy mendapat tempat di hati
Ahnaf. Harganya pun lumayan untuk kantong kami. Terpaksa, kami mencicilnya selama dua tahun. Kalau cash, bisa-bisa kami tidak makan.. Hehe.. Pada akhirnya harga tak jadi soal jika kecintaan membaca tertanam di hati Ahnaf, salah
satu anak kesayangan kami.
Waktu berjalan dan usia Ahnaf
bertambah. Semakin banyak pula yang ia tanyakan kepada kami. Mulai hal-hal paling
sederhana sampai pertanyaan yang tak pernah kami duga sebelumnya. Kami berpikir
harus mulai menambah wawasan untuk bisa menjawab keingin tahuannya yang besar. Misalnya, “Bu, kalau pasir itu asalnya dari
mana?” Atau, “Kalau batu di sungai kok besar-besar sih Bu?” Begitu seterusnya
pertanyaan Ahnaf seolah tak pernah berhenti.
Hingga suatu ketika kami menemukan
serial ensiklopedi Widya Wiyata Pertama Anak-Anak. Buku ini juga langsung
mencuri hatinya, dengan ilustrasi dan penjelasan yang tak kalah menarik. Dan
seperti biasa, kami masih harus mencicil untuk membeli buku yang mahal ini. Harga
memang tak menyurutkan langkah kami demi si buah hati. Kami lebih rela tak
memiliki perabotan rumah tangga dari pada kehilangan kesempatan berharga. Bahkan
kemudian kami menambah koleksi buku-buku cerita yang lain. Kelihatannya kami
memang 'rakus,' tapi biarlah mungkin ini salah satu bentuk 'balas dendam' kami
di masa lalu. Dulu ketika masih sekolah, kami merasa sayang untuk membeli buku,
karena uang saku yang terbatas. He he.. Seperti yang pernah saya kutip dari Pak
Andy F. Noya, yang haus buku di masa lalu, begitu ada kesempatan membeli buku
sebanyak-banyaknya.
Back
to topic...
Kebiasaan Ahnaf membaca buku ini terbawa sampai sekarang bahkan menular ke
adik-adiknya. Ya, dulu dia yang dibacakan buku, sekarang ganti dia yang
membacakan buku untuk Idris dan Ilyas. Anak-anak ini sepertinya tidak bisa tidur
tanpa buku-buku berserakan di samping mereka. Bahkan bekal tidur Ahnaf tak
cukup hanya satu buku. Bisa dua, tiga atau lima. Setiap pagi bangun tidur
buku-buku berjatuhan di kolong kasur,
ketindihan, terlipat-lipat bahkan robek. Apalagi kalau sudah asik membaca,
menjelang tidur pun hampir selalu diingatkan "Mas Ahnaf, udahan dulu bacanya, udah malam, besok
sekolah..."
Begitu pula adiknya kalau selesai
dibacakan mereka belum puas akhirnya 'membaca' sendiri. Ada yang sambil duduk,
tiduran dan tengkurap. Kalau diingatkan, "Ayo sekarang Adik tidur
ya..." Mereka langsung tiduran, untuk kemudian duduk lagi membolak balik
buku mengamati gambar-gambar atau yang lainnya. Pernah suatu ketika mereka
menangis karena kejatuhan buku ensiklopedi. Buku yang lumayan berat itu menimpa
mereka yang hampir saja tertidur. "Makanya Adik tidur dulu yuk Nak, sudah
malam, bacanya udahan dulu. Besok kita baca lagi ya." Begitulah setiap
hari saya berkutat dengan anak-anak yang ternyata Allah mengabulkan keinginan
kami, cinta baca dan buku. Ooo inilah yang dimaksud Pak Fauzil Adhim, jadi
bukan menyuruh berhenti membaca yang sesungguhnya. Tapi berhenti membaca untuk
tidur, sholat, mandi, membantu ibu dan lainnya.
Yaa Allah semoga anak-anak kami menjadi
anak-anak sholeh yang mendoakan kedua orang tua, semoga mereka menjadi generasi
Quran yang berguna bagi sesama... Amiin...
Taman Puri, 10 April 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar