Selasa, 22 Februari 2011

Ranah 3 Warna


Rating:★★★★
Category:Books
Genre: Literature & Fiction
Author:A Fuadi
Apabila anda sudah membaca Negeri 5 Menara (N5M) maka Ranah 3 Warna ini adalah buku kedua dari trilogi N5M. Buku pertama berkisah tentang pengalaman Alif saat menimba ilmu di Pondok Madani. Bagaimana ia diajarkan tentang ilmu dunia dan ilmu akhirat dengan sebuah mantra ‘Man Jadda Wajada’ siapa yang bersungguh-sungguh akan sukses. Berbagai petuah saat menimba ilmu di Pondok ini menjadi bekal dirinya mengarungi kehidupan di kemudian hari.

Pada buku kedua ini dikisahkan perjalanan Alif melanjutkan belajar sesuai cita-citanya terdahulu untuk menginjakkan kaki di benua Amerika. Tidak mudah apalagi bagi dirinya yang lulusan pondok harus membuktikan bahwa ia dapat bersaing menuntut ilmu di jalur umum. Badai sesungguhnya datang saat ayahnya meninggal dan ia merasa sebagai anak laki-laki tertua harus menghidupi diri sendiri, kuliah dan melindungi ibu dan adik2nya di ranah kelahirannya. Ternyata mantra ‘Man Jadda Wajada’ saja tidak cukup. Ia teringat mantra kedua, ‘Man Shabara Zhafira’ siapa yang sabar akan beruntung, dengannya disambutlah nestapa itu sehingga ia dapat mengarungi cita2nya di 3 ranah sekaligus, yaitu ranah Bandung, ranah Amman (Yordania) dan ranah Saint Raymond (Kanada).

Berbeda dengan buku pertama, buku ini sarat makna dan penuh inspirasi, terutama saat ia bergelung kesulitan hidup di Bandung, seperti saat ia harus berjualan door to door dan menjadi guru les privat. Juga pengalamannya berguru pada Bang Togar, guru jurnalisnya yang menggemblengnya habis-habisan membuatnya banyak belajar tentang kehidupan. Ada kisah menarik dari Bang Togar tentang Rumah Sakit Malas. Suatu saat Alif merasa writer’s block *, Bang Togar mengajaknya ke sebuah perkampungan kumuh yang merupakan potret kemalangan hidup, fakir miskin, yatim piatu, korban cerai, sakit akut, putus sekolah, pengangguran, dsb. “Coba kau lihat. Betapa pun mereka berusaha keras, kemungkinan besar mereka tetap jadi orang miskin. Begitu juga anak keturunan mereka nanti. Begitu seterusnya. Sedangkan kau, boleh tidak punya duit, tapi kau ada kesempatan untuk berhasil, bahkan membantu orang seperti mereka. Mereka tidak punya akses untuk pendidikan, kau punya. Jadi kenapa malas? Kau orang beruntung. Tidak pantas kau malas!” begitu Bang Togar menasehatinya bertubi-tubi. Sepulang dari Rumah Sakit Malas itu, Alif bertekad berusaha sekuat tenaga menggapai cita2 yang telah dimulainya.

Di bagian penutup ada catatan diary Alif yang sangat menarik, berikut cuplikannya:
Hidupku selama ini membuat aku insaf untuk menjinakkan badai hidup, ‘mantra’ man jadda wajada saja ternyata tidak cukup sakti. Antara sungguh-sungguh dan sukses itu ada jarak. Jarak ini bisa satu sentimeter, bisa puluhan kilometer. Jarak ini bisa ditempuh dalam hitungan detik, tapi juga bisa puluhan tahun.
Jarak antara sungguh2 dan sukses hanya bisa diisi dengan sabar. Sabar yang aktif, sabar yang gigih, sabar yang tidak menyerah, sabar yang penuh dari pangkal sampai ujung yang paling ujung. Sabar yang bisa membuat yang tidak mungkin menjadi mungkin, bahkan seakan-akan itu sebuah keajaiban dan keberuntungan. Padahal keberuntungan adalah hasil kerja keras, doa dan sabar yang berlebih-lebih.
Bagaimanapun tingginya impian, dia tetap wajib dibela habis-habisan walau hidup sudah digelung oleh nestapa akut. Hanya dengan sungguh2lah jalan suskes terbuka. Tapi hanya dengan sabarlah takdir itu terkuak menjadi nyata. Dan Tuhan selalu memilihkan yang terbaik dan paling kita butuhkan. Itulah hadiah Tuhan buat hati yang kukuh dan sabar.

Tentang pengarang A Fuadi, trilogi ini adalah novelnya yang berdasar pada kisah nyata dirinya menimba ilmu, merantau dari kampungnya di Maninjau hingga Pondok Modern Gontor, Unpad Bandung, dan beasiswa di George Washington University dan Royal Holloway, London. Nah teman2, silakan membaca!

*Writers blocks: situasi ketika seorang penulis mandek dalam proses penulisan.

10 komentar:

  1. Toss. Udah baca juga.Lebih mnegalir dibandingkan N5M nya ya, Mbak :)

    BalasHapus
  2. Iya. Lebih ngalir n nyastra. But, for me, tetep nggak terlalu nendang spt Laskar Pelangi, Edensor, atau Sang Pemimpi.

    BalasHapus
  3. oh iya toh? hihi...
    Kalau aku malah merasa N5M lebih bagus dibandingkan Laskar Pelangi hihi..

    BalasHapus
  4. Wah,tdny dh ilfil krn mnrtku novel trilogi it bgus2ny yg novel pertama,trnyta ok jg y novel keduany a.fuad kalo dbc resensiny.kd bc nih..

    BalasHapus
  5. yuups, jadinya bagian2 tertentu pengen kuulang2 bacanya.. soalnya bbrp bagian membekas..alurnya lebih teratur, enak deh bacanya..

    BalasHapus
  6. tetralogi yg ini jg bagus tp menurutku nggak semuanya, aku suka pertama kedua aja, mulai ketiga sm keempat udah terasa membosankan..

    BalasHapus
  7. idem banget...apalagi pas udh baca yg kedua tambah 'cinta' bang fuadi.. inspiring book..

    BalasHapus
  8. tetapi membosankan.. plotnya terlalu datar, konfliknya gak begitu nendang,,

    BalasHapus