Jumat, 08 Februari 2013

Doa Orang Tua - Anak



Udara segar menerpa wajahku ketika melewati jalan raya Mlarak-Siman. Kulirik jam di pergelangan tangan, jam 7 lebih sedikit. Langit masih tertutup mendung bekas hujan tadi malam. Aku masih duduk mematung di belakang Bapak yang sedang mengantarku. Motor berjalan pelan namun pasti, tujuan kami terminal Ponorogo. Sepanjang jalan sawah menghijau, gunung di kejauhan dan udara pagi bercampur sedikit kabut.


Masih terbayang jelas di pelupuk mataku, sosok bocah berkemeja lengan pendek abu-abu tua, celana hitam, bersepatu pantovel hitam mengkilat, dengan tangan kiri menenteng
beberapa buku pelajaran. Rambutnya dicukur cepak. Papan nama biru tua terpasang di dada kirinya, bertuliskan AHNAF/H DH. Tak lupa bolpoin terselip di saku kemejanya. Kucium keningnya, dan dia mencium tanganku sambil berpesan, “Hati—hati ya Bu..” Duh, air mata ini rasanya mau tumpah. Kubalas dengan anggukan, sambil berusaha tersenyum. Masih setengah tujuh, namun dia sudah bergegas, tak ingin terlambat tiba di kelas. Kuusap pundaknya sesaat sebelum meninggalkanku, sambil tersenyum ia menoleh dan melambai. Selanjutnya yang kulihat adalah tubuh enerjik yang berjalan tegap menjauh dari pandanganku, tak lagi menoleh hingga tubuh itu lenyap dibalik gedung INDONESIA. Entah kapan aku bisa bertemu lagi dengannya.  


Gundukan jembatan mengejutkan lamunanku. DARUSSALAM UNIVERSITY terlihat di kejauhan, dikelilingi hijaunya persawahan. Bapak masih berkonsentrasi membawa motor. Ya Allah, kupasrahkan putraku kepadaMu. Kutinggalkan dia di sini bersama hijaunya pepohonan dan dinginnya kabut pagi. Tolong jaga dia, berikan kekuatan dan kesabaran padanya. Tolong beri dia sedikit ilmuMu yang Maha Besar, agar dia memiliki bekal dalam membela agamaMu, menegakkan kalimahMu, menjadi hambaMu yang bermanfaat di dunia akhirat.


Ya Allah, jarak sedang memisahkan kami. Sungguh, hamba tak berdaya dengan semua ini. Hanya padaMu kupasrahkan segala doa, dengan penuh keyakinan semua doa itu akan diijabahMu. *)


Selain putraku, masih ada dua orang yang kucintai di sini, kedua Ibu Bapakku. Perjalanan jauh rela mereka tempuh, demi bertemu denganku dan putraku. Keduanya adalah manusia keramat, yang menempati urutan istimewa di hadapan Allah. Ridhanya mereka adalah ridha Allah. Tanpa doa restu dari mereka hidupku tak akan berkah.


Sungguh, Allah Maha Adil ketika mengistimewakan hubungan orangtua dan anak. Anak sholeh yang berdoa untuk orangtuanya adalah amalan jariyah bagi orangtuanya. Amalan itu tiada putus bahkan meski mereka telah tiada. Demikian juga doa orangtua kepada anaknya adalah senjata utama bagi kesuksesan anak di dunia dan akhiratnya. Sejatinya merekalah pahlawan bagi anak-anaknya..


Rabbighfirlii waliwalidayya warhamhumma kamaa rabbayaaniinshaaghiiran. Yaa Allah, cintai Ibu Bapakku, beri hamba kesempatan untuk bisa membahagiakan mereka. Jika saatnya nanti mereka Engkau panggil, panggillah dalam keadaan khusnul khatimah. Ampuni segala dosa mereka dan sayangilah mereka sebagaimana mereka mencurahkan kasih sayang mereka kepada hamba sewaktu kecil.


Di sana, di belakang sana, kutinggalkan ketiga orang yang kucintai. Kedua Ibu Bapakku dan putraku.  Hanya doa yang mengikatkan kami, seperti tali kekang yang takkan putus. Yaa Arhamarrahimiin, hanya padaMu kupasrahkan segala urusan.. Engkaulah sebaik-baik pelindung..



Juanda, Surabaya (3 Februari 2013)

 Alhamdulillah masih bisa mencatat, untungnya buku Fun Writing P. Ali Muakhir ada bonus lembar tugasnya..


*)“Tiga orang yang doanya pasti terkabulkan; Doa orang yang teraniaya, doa seorang musafir, dan doa orang tua terhadap anaknya.” (Sunan Abu Daud) – A Rifai Rifan - Karena Allah Tidak Tidur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar