Jumat, 16 Juli 2010

Car-Seats

Sejak anak2 kembarku lahir hingga detik ini mereka berumur 2 tahun 8 bulan 13 hari 21 jam 55 menit 32 detik, car-seats adalah salah satu  alat  pembantuku beraktivitas dan mengasuh mereka, di samping mas Ahnaf yang menjadi asisten setiaku. Mungkin bagi sebagian orang tidak, tapi bagiku sangat membantu. Tanpanya tentu aku sangat kerepotan apalagi tidak ada pengasuh atau baby-sitter. Bagaimana aku bisa beraktivitas kesana kemari tanpa harus meninggalkan mereka berdua.

Sejak bayi mereka sudah kududukkan sendiri di car-seats saat di mobil, tentu saja waktu itu masih memakai yang berjenis newborn/baby car-seats. Pertimbangan pertama saat itu karena tidak ada yang menjaga mereka di mobil. Bayangkan kalau kami memakai jasa dua pengasuh tentu sangat berat dan repot. Jadilah car-seats ini pilihan utama kami. Ternyata kembarku Idris Ilyas kelihatan nyaman dan rileks meskipun untuk perjalanan 2 hingga 3 jam. Bahkan saat mudik pertama kali ke Jawa ternyata mereka betah meski perjalanan menempuh sekitar 12 jam lebih. Sampai berumur 1 tahun mereka pun masih betah dengan car-seats ini, yang sebenarnya hanya dapat dipakai hingga bayi mencapai bobot 9-11 kg. Akhirnya saat menginjak 18 bulan kami sudah harus mengganti jenis car-seats berikutnya yaitu yang toddler. Padahal bobot mereka sebenarnya masih 9 kg, tetapi rupanya baby car-seats   ini sudah tidak aman lagi, karena mereka sudah pandai melepas tangan dari sabuknya lalu duduk bahkan berdiri. Untunglah suamiku cepat2 berinisiatif, meskipun sungguh terasa di kantong mengganti 2 car-seats sekaligus. Bagaimana lagi demi keamanan dan keselamatan anak2.

Sebenarnya penggunaan car-seats bagi anak2 di Indonesia masih belum lazim, bahkan penggunanya kuduga masih relatif sedikit, tentu saja dengan berbagai alasan. Bagi kami dua alasan utama adalah keselamatan dan kerepotan. Aman karena anak2 duduk pada tempatnya dan mengurangi repot karena aku bisa bebas membawa anak2ku bepergian kemana saja meski suami sedang keluar kota. Terkadang beberapa orang melihat hal ini dengan aneh, kok mau ya anak kecil didudukkan di car-seats begitu lama dan tidak rewel pula. Bahkan seorang teman merasa kerepotan saat di perjalanan meski membawa satu anak saja. Padahal sesungguhnya bagiku ini adalah kemudahan. Pertama, mungkin kembarku Idris Ilyas merasa duduk di mobil ya di car-seats itu, atau bepergian ya duduk di car-seats. Karena sejak bayi mereka kenal dengan benda ini, apalagi mereka merasa nyaman. Kedua, setuju atau tidak car-seats memang dirancang untuk kenyamanan, keselamatan dan keamanan penggunanya. Apalagi yang jenis toddler dapat dirancang untuk posisi tidur, setengah tidur bahkan duduk tegak. Sehingga memungkinkan anak dapat duduk dengan rileks tapi aman. Guncangan selama perjalanan dapat berkurang dan saat mengantuk kapanpun mereka dapat langsung memejamkan mata tanpa rewel pindah2 posisi. Perjalanan relatif lancar hingga 12 jam bahkan lebih. Pernah suatu ketika Idris minta diturunkan untuk dipangku, tetapi tidak lama setelahnya ia minta didudukkan kembali, mungkin merasa kurang nyaman. Setelah duduk sendiri ia terlihat lebih rileks dan tidak rewel.

Ada cerita yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan car-seats ini, tapi bisa juga dihubungkan dengan car-seats. Suatu hari aku membawa ketiga anakku ke Cilegon. Di tengah perjalanan Ilyas yang duduk di depan tertidur, tetapi Idris yang di tengah bersama mas Ahnaf belum tidur. Waktu itu sekitar jam 10.00. Untuk menghemat waktu karena salah satu sedang tidur maka aku mencari jalur putar balik. Akhirnya kutemukan dan langsung kubanting setir tanpa menyadari kalau di dekat rambu putar balik itu ada petunjuk larangan sesuai jamnya. Tak sampai dua menit motor polisi mengikutiku dan menyuruhku menepi. Alamat tilang nih. Aku pasrah kalau memang salah mau bagaimana, akui saja. Setelah mobil kuparkir menepi, polisi itu menghampiriku.
Polisi : Selamat siang Bu
Aku   : Selamat siang Pak
Polisi : Bu, kan sudah ada tanda dilarang memutar kenapa masih putar balik di situ?
Aku   : Maaf Pak, tadi terburu2 nggak kelihatan jamnya. Memangnya jam berapa nggak bolehnya Pak?
Polisi   : Jam 6 pagi sampai jam 1 siang Bu
Aku     : Oh gitu, maaf ya Pak (padahal seingatku kira2 2 tahun lalu aku pernah putar balik disitu bersama teman, dan masih boleh tuh, tapi aku diam saja)
Polisi   : Boleh lihat SIM dan STNK nya Bu ?
Lalu kuserahkan kedua benda itu dan kubiarkan Polisi memeriksa segala sesuatunya, termasuk mengamati anak2ku yang terikat manis di car-seats. Agak lama Polisi memeriksa, kubiarkan saja sambil berdoa mudah2an nggak ditilang. Bolak-balik dia berjalan,  kadang menghampiri motornya. Akhirnya dia menghampiriku lagi sambil menyerahkan SIM dan STNK.
Polisi   : Baik Bu karena Ibu bawa anak2 jadi untuk kali ini nggak saya tilang, tapi jangan diulangi lagi ya, kalau diulangi  saya tilang
Aku     :  Terima kasih Pak..
Alhamdulillah.. Ini pasti pertolongan Allah. Dan mungkin juga Polisi itu melihat tidak ada kelalaian lainnya. Mungkin akan lain ceritanya kalau anak2ku bercanda lompat sana sini dan rewel nggak karu2an. Tapi ini hanya mungkin. Seperti kata mas Ahnaf saat itu setelah Polisi berlalu, “Bu, tadi itu berarti doanya Ahnaf didengar Allah. Pas waktu mau berangkat tadi setelah berdoa Ahnaf tambahin doanya ‘Ya Allah selamatkan perjalanan kami dan semoga lancar tidak ada hambatan apa2’ “. Amiin…
Letjes, 27 Juni 2010

2 komentar:

  1. doanya mas ahnaf yang dahsyat atau pak polisinya yang baik hati mbak?????

    BalasHapus
  2. bisa juga karena hal lainnya... wa Allah A'lam

    BalasHapus