Senin, 05 Juli 2010

Mencari Yang Tak Tampak

Mungkin ini tidak hanya terjadi padaku, tetapi hampir pada semua orang. Dahulu sebelum teknologi berkembang sepesat sekarang tidak pernah terjadi masalah seperti yang kualami saat ini. Apalagi kalau bukan sinyal. Kalau sedang tidak dibutuhkan memang tidak masalah, biarkan saja. Tetapi menjadi hal yang menjengkelkan sekaligus memalukan saat komunikasi mulai terganggu.  Jangankan untuk berbicara, sms saja susah atau malah tidak sampai. Kalaupun sms terkirim sepertinya akan lama terbalas karena pesan balik juga terganggu.

Sebenarnya Leces, bahkan Leces Permai (siapa yang pernah ke sini?) bukanlah pelosok desa atau daerah pegunungan yang tak dapat dijangkau pertelepon seluleran. Tapi entah mengapa sinyal sangat terganggu di sini. Apa penyebabnya aku juga kurang tahu. Mau bertanya pun aku juga tidak tahu harus ke siapa. Jadi selama ini kunikmati saja dengan segala kekonyolannya. Atau biasanya kuakal-akali dengan berbagai cara termasuk pindah-pindah tempat saat bertelepon. Kalau yang diajak bicara sudah paham ya maklum, tapi kalau belum mengerti masalah ini kadang malu juga untuk mengatakan maaf sinyalnya kurang bagus. Si dia kurang mengerti pembicaraanku, aku juga susah payah ngomong berkali-kali sambil pindah2 lokasi. Kadang2 pula satu lokasi yang sudah dipercaya ‘mengandung’ banyak sinyal misalnya areal tangga, jemuran atau pojokan lemari es, bisa saja berubah menjadi ‘bersih’ sinyal atau sekedar kabur. Demikian pula sebaliknya.

Karena adanya bermacam gangguan sinyal seperti ini lama2 aku jadi terbiasa. Malah kami menanggapinya dengan gurauan yang konyol. Bagaimana tidak, saat suami menelepon dan bertanya kabarku, anak2 dan lain2, biasanya kami bergiliran bicara, anak2 juga berebut. Tapi sekarang, di Leces ini anak2 malas bicara dengan Bapaknya karena omongan mereka, cerita mereka tidak jelas di telinga Bapaknya. Padahal nada sudah dinaikkan beberapa oktaf beberapa kali, begitu pun volume dari dari kecil ke besar, tapi Bapaknya masih kurang dengar. Ya sudah…ikhlaskan saja. Atau kalau sedang pembicaraan penting dan ingin lama maka pindahlah lokasi ke tangga tapi ya itu siap2 dikerubuti nyamuk. Kadang2 pula aku sudah ngomong panjang lebar malah apa kata suamiku? Kok kayak orang cina lagi ngomong soalnya yang kedengaran hanya terakhir2nya saja. Haayyah… Ke Glodok aja. Biasanya pula kalau pembicaraan awalnya jelas lalu mulai kabur dan malas pindah lokasi, kupindah saja dari kuping kiri ke kuping kanan. Ajaib, suaranya jelas lagi. Kenapa ya? Apakah sinyal ini seperti benda gentayangan menunggu kepatuhan dan kesabaran penggunanya? Suamiku hapal kalau dia merasa suaraku seperti orang cina lagi dia memintaku, coba geser dikit ke kanan, atau miring dikit ke kiri..Aneh ya..

Nah masalah muncul lagi saat akan menggunakan internet. Kalau sedang mujur (jarang sekali) aku bisa bertahan 2-3 jam, tapi untuk yang muatannya ringan2 saja. Itupun beberapa hari sekali. Kadang awalnya saja bisa, selanjutnya ‘problem loading page’. Ya sudah, paket 500 MB jadi ngirit karena jarang dipakai.
Seperti sedang dalam pengasingan, aku tetap harus ramah pada sinyal ini yang kadang bersahabat kadang pula tidak. Karena dengan perantaranya aku tersambung kembali dengan sahabat yang sudah 18 tahun tak berjumpa. Dengan ijin Allah…
Ambil hikmahnya saja…  
Letjes, 3 Juli 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar