Sabtu, 25 Februari 2012

Hipnotis !!


Satu kata ini terdengar seram. Apalagi bila dihubungkan dengan dunia magic. Padahal sesungguhnya hipnotis tidak seseram itu. Konon setiap orang dapat mempelajari terutama untuk tujuan kebaikan dan pemberdayaan diri. Banyak manfaat yang dapat dipetik dari hipnotis. Tak heran kini bermunculan istilah hypnotherapist, hypnoparenting, hypnobreastfeeding, hypno-birthing dan masih banyak hypno-hypno lainnya. Saya sendiri pernah mencoba mempraktekkan cara sederhana menyapih ASI dengan hypnoparenting, dan berhasil saya terapkan saat menyapih Ilyas. Prinsipnya sederhana, yaitu kita menanamkan sugesti positif kepada anak. Kira-kira dua bulan sebelum disapih, tiap malam menjelang tidur saya selalu menanamkan sugesti positif padanya. Menjelang tidur, saat matanya mulai terpejam namun belum terlelap. Sambil masih menyusu saya bisiki dia, bahwa dia sudah besar, sudah tak perlu menyusu lagi pada Ibunya. Alhamdulillah begitu waktunya disapih, dia sama sekali tidak rewel.

Begitulah hipnotis. Banyak manfaat asal digunakan untuk kebaikan. Bukan sebaliknya. Seperti yang pernah terjadi pada saya bertahun-tahun yang lalu. Saya jadi korban hipnotis!!

Ceritanya begini, ketika itu saya sendirian, pulang dari ATM. Di tengah jalan ada bapak-bapak mencegat saya. Saya taksir kira-kira umurnya 60an. Badannya agak gemuk, kepala sedikit botak. Bicaranya sopan dan halus dengan logat melayu. Dia mengaku dari Brunei, tengah tersesat saat hendak ke pesantren di daerah Pandeglang. Melihatnya kebingungan saya jadi kasihan (saya memang tidak tegaan, apalagi usianya hampir sama dengan Bapak saya). Dia berniat menukar uang asing dengan rupiah, minta diantar ke money changer. Tak lama ada dua orang datang, pura-pura berniat menolong bapak tadi, hendak diantar dengan mobilnya. Si bapak setuju, asal saya ikut, karena dia trauma tersesat lagi.

Singkat cerita kami berputar-putar di daerah Serang. Karena hari itu Sabtu sore, si empunya mobil beralasan money changer tutup. Buka lagi Senin. Si bapak kebingungan lagi, minta tolong kami bertiga (saya dan dua orang ‘pemilik’ mobil tadi) untuk mencairkan dolar Brasil-nya. Si dolar diberikan ke kami, dia meminta cash dari ATM. Belakangan saya tahu dua orang tadi hanya pura-pura memberikan uang.

Saya sadar ketika hendak menukar dolar tadi di money changer. “Uangnya udah nggak laku mbak..” Plas.. Saya lemas. Dia tanya saya lagi, “Kena berapa mbak?” “Banyak..” Ya bagaimana tidak banyak, sejumlah maksimal penarikan dalam sehari saya ambil semua, diberikan gratis tis, ke penipu tadi. Pantas saja ada hal aneh selama perjalanan di mobil tadi. Mereka pandai mengalihkan perhatian saya ketika hendak menelpon atau sms. Bahkan meminta saya mematikan HP. Mereka memutus perhatian saya dengan dunia luar sejak siang hingga sore. Dan saya menurut saja seolah membenarkan.

Saya pulang, menelpon suami yang masih kerja. Dia menghibur saya, supaya sabar. Tapi saya masih sangat sedih, merasa dibodohi. Hingga sebulan kemudian saya masih trauma jalan sendirian. Selalu minta ditemani. Meski berkali-kali suami menasihati saya supaya sabar dan ikhlas, rasanya tetap sedih, jengkel dan trauma. Uang sebanyak itu saya serahkan dengan gratis. Entahlah, namun ternyata pikiran itu tak lama. Setelah rasa kesal itu lewat, saya justru tenang. Pikiran plong. Saya praktekkan ilmu ikhlas yang pernah saya pelajari. Saya coba ambil hikmahnya, ternyata banyak sekali.

Pertama, saya harus berhati-hati dengan orang tak dikenal. Mungkin ini berkaitan dengan sifat tak tegaan saya.

Kedua, belajar ikhlas, yang ternyata gampang teorinya, susah prakteknya. Kata pepatah semakin tinggi pohon, akan semakin kuat hembusan anginnya. Saya anggap saja diri ini sedang ujian naik tingkat.

Ketiga, belajar bersyukur. Nah, dapat uang bersyukur, itu lumrah. Tapi uang hilang bersyukur, itu susah. Saya cermati, apa saja yang harus disyukuri. Alhamdulillah badan saya masih utuh. Nggak papa uang hilang tapi saya masih hidup, tak kurang suatu apa. Masih ada kesempatan bagi saya untuk kembali mencari rejeki dan memperbaiki diri. Persoalan bersyukur ini Allah juga berjanji, barang siapa bersyukur, akan ditambah nikmatnya, sebaliknya yang tidak bersyukur akan datang azabnya. *) Uang yang lenyap tadi mungkin memang bukan rejeki saya saat itu. InsyaAllah akan datang yang lain yang lebih berkah.

Keempat, ternyata saya salah satu yang dipilih-Nya dari sekian banyaknya manusia untuk mengabarkan teman-teman semua supaya berhati-hati. Terutama kepada para ibu dan para gadis, saya punya beberapa tips:

-          Saat ke ATM hendak  mengambil uang, usahakan ada yang menemani. Apalagi jika uang yang akan diambil jumlahnya besar. Pilihlah ATM yang ramai dan strategis. Saat ini di pusat-pusat perbelanjaan tersedian ATM yang ada penjaganya/Satpam.

-          Meskipun mengambil uang cash di kasir, usahakan tetap ada yang menemani.

-          Jangan mudah tergoda dengan orang yang tidak dikenal tetapi pura-pura akrab. Seorang teman yang juga terkena hipnotis seperti saya, mengaku telah disapa oleh orang yang pura-pura kenal, padahal tidak sama sekali. Orang tersebut kemudian mengambil secara halus seluruh uang milik teman saya tadi. Jadi menurut saya bolehlah sedikit galak terhadap orang yang belum dikenal.

-          Usahakan berdzikir, mengingat Allah. Karena Allah sebaik-baik penolong.

Masih banyak sebenarnya hikmah yang saya petik dari musibah tadi. Suatu ketika saya membaca surat pembaca Kompas, penuturan seorang ibu di Jawa tengah yang telah tertipu dengan modus hampir sama seperti saya tadi. Pelaku yang mengaku orang Brunei itu pun sama cirinya seperti yang pernah saya temui. Jadi, mungkin dia beralih lokasi ke Jawa bagian tengah, hampir dua tahun setelah kejadian yang menimpa saya.

Jadi teman, tentang hipnotis tak ada habisnya. Ada yang positif, banyak pula yang negatif. Ibaratnya medan magnet, ini sebuah gaya tarik menarik bagi banyak kalangan.

Modus penipuan memang beraneka macam, salah satunya dengan hipnotis/gendam ini. Tak ada salahnya untuk terus berhati-hati, di mana pun berada. Waspadalah!


Graha Asri, 25 Februari 2012

*)Quran surah Ibrahim 14:7

2 komentar:

  1. waduhhhh bener2 pengalaman yang sangat berharga ya mba...

    BalasHapus
  2. iya mbak Ari, hikmahnya juga ternyata lebih berharga daripada uangnya..

    BalasHapus