Bertahun-tahun yang lalu, saya lupa kapan tepatnya, suami
kehilangan HP. Itulah HP pertama yang kami miliki berdua. Zaman itu HP dengan
tombol model 3x4, layar hitam putih dan ukurannya tebal, adalah barang mewah.
Makanya ketika HP itu raib, kami kelabakan. Suami saya tersadar ketika baru
sampai rumah dan HP itu tak ada di kantong. “Coba diingat-ingat, kira-kira
jatuh di mana? Atau dicopet barangkali,” kata saya. Setelah coba mengingat
sebisanya, dia yakin sepertinya jatuh di dalam angkot.
Suami mencoba menghubungi HP ‘kami’ dengan telepon rumah, berharap
HP itu jatuh ke tangan orang jujur, baik hati dan tidak sombong, he he..
Usai nomor dipencet, terdengar nada panggil, tuut, tuut..
Alhamdulillah, masih nyala. Tak lama terdengar suara, perempuan.. Setelah
ngomong baik-baik, kalau di HP itu tersimpan banyak nomor penting, bla bla bla dst,
wajahnya yang sedikit sumringah dan bersemangat, saya agak lega. Pembicaraan mereka usai.
Suami bergegas menemui perempuan di ujung telepon. Semoga
memang orang baik. Ternyata yang menemukan HP suami saya adalah tiga siswi SMA
yang kebetulan satu angkot. Mereka bertiga janji menunggu di halte terdekat.
Benar saja, HP itu masih utuh. Sebagai ucapan terima kasih, suami memberi mereka
uang. Meski kami sadar sepenuhnya, bahwa
kejujuran mereka tak bisa dinilai dengan materi. Setidaknya kejujuran dan perbuatan baik mereka menjadi
pelajaran dan hikmah tersendiri.
Kami juga bersyukur akan pertolongan Allah melalui ketiga
siswi tadi. Semoga mereka, yang kemungkinan besar sekarang sekarang sudah bukan
siswi lagi, senantiasa istiqomah berbuat baik dan selalu dilimpahi rahmat Allah
SWT, amiin..
Graha Asri, 29 Juli 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar