Selasa, 08 Juni 2010

Totto-chan's Children A Goodwill Journey to the Children of the World


Rating:★★★★
Category:Books
Genre: Nonfiction
Author:Tetsuko Kuroyanagi
Apabila anda pernah membaca Totto-chan Gadis Cilik di Jendela, maka anda tahu kehidupan masa kecil Tetsuko Kuroyanagi pada masa perang dunia II, yang bercerita tentang kehidupan di sekolahnya, Tomoe Gakuen.
Tetapi dalam buku kedua ini Totto-chan sudah dewasa dan ia menceritakan tentang kisah dan perjalanannya, juga perasaannya yg mendalam selama berkeliling dunia menjadi Duta Kemanusiaan UNICEF sejak tahun 1984 sampai 1997. Antara lain di Tanzania (1984), Nigeria (1985), India (1986), Mozambik (1987), Kamboja & Vietnam (1988), Angola (1989), Bangladesh (1990), Irak (1991), Etiopia (1992), Sudan (1993), Rwanda (1994), Haiti (1995), dan Bosnia-Herzegovina (1996). Dalam kurun waktu itu kira2 180 juta anak meninggal dunia karena kekurangan gizi, penyakit menular dan perang saudara.

Selama perjalanannya mengemban tugas itu Tetsuko benar2 menunjukkan perhatiannya yang besar terutama pada anak2, baik yang sakit, atau kelaparan dan penderitaan mereka akibat perang. Ia sama sekali tidak risih atau takut tertular penyakit bahkan ketika harus berjabat tangan dg anak2 yang tangannya dipenuhi kotoran sapi. Ketulusannya pada anak2 salah satunya karena dia juga mengalami masa2 sulit akibat perang dunia II, meskipun anak2 di Jepang masih jauh lebih beruntung dari apa yang dilihatnya kini.
Di suatu tempat di Tanzania misalnya, ia kagum bagaimana anak2 harus berjalan berpuluh2 kilometer mencari air minum karena kekeringan. Padahal air yang dimaksud adalah air keruh hasil menggali dg tangan.
'...Aku turun dari mobil di suatu lokasi, tempat anak2 menggali mencari air. Sumur begitu jauh sehingga mereka kehausan di tengah perjalanan menuju kesana, hanya ini yg bisa mereka lakukan. Anak2 itu menunjukkan padaku cara menggali lubang dg tangan mereka di badan sungai yang mengering, kira2 dalamnya 30 cm dan lebarnya 40 cm. Setelah beberapa saat tunggu dan lihatlah, dasar lubang mulai basah. Kau harus menunggu dg sabar sementara dasar lubang perlahan2 dipenuhi air. Sekitar sepuluh menit kemudian ada cukup air untuk mengisi dua mangkuk kecil. Dg ketrampilan terlatih yg pertama dilakukan anak2 itu adalah menyendoki debu dan kotoran dari permukaan air. Namun tetap saja setengah airnya adalah lumpur. Yg membuatku kagum adalah bagaimana mereka bergiliran membiarkan anak yg lebih kecil minum lebih dahulu. Aku terharu melihat kebaikan hati mereka di tengah kondisi tidak menyenangkan ini. Anak2 itu meneguk air dg penuh semangat...'

Atau keprihatinannya yg mendalam akibat perang saudara, di Angola misalnya. Berikut cuplikannya.
'...Yang dilakukan pemberontak2 Angola ini berbeda dengan tentara gerilya di negara lain yg pernah kukunjungi. Mereka mengincar rumah2 petani saat musim panen. Kemudian mereka akan membunuh si ayah, lalu memperkosa si ibu dan membawanya pergi jika mereka menyukainya. Anak2 laki2 atau perempuan usia produktif diculik untuk kerja paksa. Sampai di sini tindakan mereka sama dengan tentara gerilya di Mozambik.
Tapi yg lebih kejam adalah jika si ibu menggendong bayi, mereka akan memerintahkan melempar bayi itu pada mereka, kemudian mereka akan memotong tangan dan kaki bayi itu dengan golok. Anak2 kecil diikat dg tali di pohon, lalu mereka memotong tangannya dg golok. Anak2 ditinggalkan sampai mati. Dan yang selamat akan berakhir sebagai yatim piatu dan bergantung pada orang lain seumur hidup..' Sungguh sadis, anak2 yang tak berdaya..

Atau tentang kelaparan di Etiopia. Ia bertemu dg seorang ibu muda yg meringkuk sambil menangis kelaparan. Ia sangat kurus dan saat ditanya sejak berapa lama terakhir kali ia makan dg layak? "Delapan bulan," jawabnya.
Dan masih banyak kisah lainnya yg tak kalah mengharukan. Buku ini patut dibaca semua kalangan. Sebagai perenungan dan rasa syukur bahwa kita amat sangat beruntung. Para suami dapat bekerja dg layak. Anak2 dapat makan, sekolah bahkan kita masih dapat memeluk mereka setiap hari. Air, pakaian, kesehatan, tempat tinggal layak.
Dari perjalanannya ini, Tetsuko menerima sumbangan lebih dari 26 juta dolar dari pendonor kelompok maupun pribadi (di Jepang saja) dan dikirimkannya ke UNICEF untuk membantu kesulitan anak2 yg paling berat..yg tidak bisa makan, sekolah, atau dirawat ketika sakit, bahkan trauma akibat perang.
Silakan membaca..

2 komentar:

  1. wah jadi penasaran
    tapi sabar
    khataman yang pertama dulu hehe
    thanks mbak :)

    BalasHapus
  2. Dulu kami beli TottoChan1 saat si sulung msh 2th(2003), sekarang dia senang buku itu dan sering dibacanya berulangkali krn ceritanya lucu.. Ternyata Totto1 adlah buku wajib para guru di sekolahnya.. Tottochan2 hampir setahun ini beredar di kalangan peminjam perpus kami, bahkan jadi waiting list karena banyak yg penasaran... Kami penggemar Tottochan..

    BalasHapus